Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mbah "The Jakmania" Itu Kini Terkapar Tak Berdaya

Kompas.com - 28/11/2014, 07:17 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah bangunan bambu bertuliskan warung kopi itu tampak sunyi. Saat didekati terdengar sayup-sayup suara yang keluar dari televisi. Selain itu, tak ada suara lain yang keluar dari bangunan yang berukuran kurang lebih 5x2 meter itu.

Tak lama, keluar seorang pria kurus dari sebuah ruangan yang hanya disekat dengan gorden putih. Ia mempersilakan masuk ke dalam ruangan tersebut. Napas sempat tercekat ketika melihat seorang perempuan tua terbaring di sebuah alas tidur.

Perempuan dengan wajah penuh keriput itu tampak dipasang selang di lubang hidung kirinya. Matanya terpejam, mulutnya tertutup, meski kadang-kadang kakinya bergerak kecil.

"Sudah sembilan bulan ibu sakit. Ya begini lah, sudah enggak bisa ngapa-ngapain," ujar Neri Ruliarso (43), pria kurus tadi, anak dari ibu itu, Kamis (27/11/2014).

Setelah terjatuh dan sempat dirawat di rumah sakit selama satu bulan, perempuan itu kini hanya dapat terbaring di sebuah ruangan kecil bercat biru dengan banyak coretan The Jakmania, pendukung klub sepak bola Persija, itu.

Siapakah perempuan itu?

Namanya Sulis (68). Mbah The Jak, itulah panggilannya. Sebelum terbaring sakit, Sulis adalah salah satu penggiat The Jakmania. Ia selalu menonton pertandingan Persija, baik kandang maupun tandang.

Kecintaannya pada Persija mendorong Sulis membuka lapak kecil di pinggiran Stadion Lebak Bulus, mantan markas dan sekretariat The Jakmania, sekitar lima tahun lalu. Dahulu, warung itu selalu ramai disinggahi anggota The Jakmania, apalagi saat tim sepak bola kesayangan mereka bertanding.

Namun, lantaran stadion tersebut tak lagi digunakan, warungnya menjadi sepi. Kendati demikian, Sulis dan Neri belum ikut pindah. "Belum bisa pindah, ibu kan sudah sakit, belum cukup juga duitnya untuk sewa di tempat lain. Kan butuh ruangan buat ibu," kata Neri.

Digusur sejak Sulis tak berdaya, usaha warung kopi diteruskan oleh Neri. Namun Neri sadar, ia tak bisa selamanya bertahan di bangunan kecil itu. "Dengar-dengar sih sebentar lagi mau digusur. Tetapi belum tahu kapan, dibilanginnya sih Desember, tetapi sampai sekarang belum dikasih tahu lagi," kata pria ini.

Neri pun tak dapat berbuat apa-apa. Ia tak lagi punya cukup waktu untuk bekerja lainnya selain berjualan kopi. Ia hanyalah satu-satunya anak yang mau merawat Sulis.

"Adik dan kakak saya sudah hidup masing-masing, hanya saya yang tinggal sama ibu. Hanya saya yang mengurus ibu. Tiap hari ya kasih makan, memandikan. Ibu sudah enggak bisa ngomong, harus kita yang mengerti maunya bagaimana," kata Neri.

Makan dari selang

Karena sudah tak bisa mengunyah, Sulis diberi makan melalui selang yang sudah terhubung dengan lambungnya. Makanan pun dimasukkan melalui ujung selang yang terjuntai ke luar, dengan lebih dulu dihaluskan.

Neri setiap beberapa jam juga perlu mengganti posisi tidur Sulis supaya perempuan yang menyukai sepak bola sejak muda itu tetap nyaman.

Menurut Neri, sebelum sakit, ibunya tak pernah absen menonton pertandingan Persija. Bahkan saat harus bertandang ke luar kota, ibunya itu tetap ikut.

"Sudah dilarang-larang enggak mau dengar. Pernah waktu itu enggak enak badan, dilarang jangan menonton, tetapi ternyata berkumpul sama The Jak itu obatnya. Ibu merasa lebih baik setelah kumpul bareng The Jak," kata dia.

Para anggota The Jak pun tak risih meski ada perempuan tua berada di sekitar mereka. "Mereka sih welcome, malah ibu saya terkenal, selalu dipanggil Mbah," ujar Neri.

Namun, sejak terkapar sakit, belum banyak anggota The Jakmania yang datang menjenguk. Beberapa kali koordinator wilayah The Jakmania datang, namun hanya tak lama.

Neri berharap, ibunya yang kini menderita stroke dan pendarahan di otak itu segera membaik. Ia ingin melihat senyum menghiasi wajah Sulis lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com