Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keterlambatan APBD Hambat Pembangunan Sekolah

Kompas.com - 23/02/2015, 19:21 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Penyelesaian proyek pembangunan sejumlah sekolah di DKI Jakarta belum bisa dilaksanakan karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI belum disahkan. Percepatan pengesahan APBD diperlukan demi kepentingan pelajar dan guru.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Arie Budiman, di Jakarta, Minggu (22/2/2015), menjelaskan, tahun ini, 212 gedung sekolah di DKI Jakarta membutuhkan anggaran untuk perbaikan. Dari jumlah itu, 96 gedung sekolah menjadi prioritas perbaikan.

Namun, menurut Arie, perbaikan baru bisa dilaksanakan beberapa bulan mendatang karena APBD belum disahkan Kementerian Dalam Negeri hingga saat ini. Setelah APBD disahkan, proses perbaikan sekolah juga masih menunggu proses lelang.

”Kalau APBD tak kunjung ditetapkan, pembangunan sekolah tak bisa dilakukan,” kata Arie.

Di Jakarta, sejak satu hingga dua tahun lalu, sejumlah bangunan sekolah terbengkalai karena anggaran pembangunannya terputus. Terputusnya anggaran antara lain dialami SMA Negeri 55 Pancoran, SD Negeri 08 Pagi, dan SMP Negeri 73 Tebet, Jakarta Selatan, serta SMP Negeri 97 di Utan Kayu, Jakarta Timur.

Bangunan sekolah-sekolah tersebut terbengkalai dan tak dapat dipakai untuk kegiatan belajar-mengajar. Bangunan SMA Negeri 55 Pancoran, misalnya, terbengkalai sejak setahun lalu.

Halaman sekolah itu ditumbuhi rumput dan tanaman liar. Di lantai satu dan dua berserakan sampah, seperti botol plastik, balok kayu, dan bungkusan mi instan. Sejumlah meja, kursi, dan lemari kayu rusak.

Kepala Sekolah SMA Negeri 55 Kartono mengatakan, pembangunan sekolah itu dimulai pada 2013. Bulan April 2014, pembangunan yang baru berjalan sekitar 30 persen berhenti karena kurang dana.

Bagian depan dan samping tembok pagar retak dan miring. Kusen jendela, daun pintu, dan gagang tangga belum terpasang, Akibatnya, sekolah dengan 805 siswa itu tak bisa digunakan.

Saat ini, gedung sekolah yang terbengkalai itu dipakai sebagai tempat nongkrong anak muda.

Amat (16) bersama teman-temannya kerap nongkrong di sekolah itu untuk mencari kadal, ular hijau, belalang, dan batu koral buat cincin. ”Kami cari itu di pohon dan rumput-rumput di dekat sekolah ini. Tak pernah ada yang melarang karena guru dan penjaga sekolah tak ada di sekolah,” ujarnya.

Menumpang di SD

Untuk sementara, aktivitas belajar-mengajar siswa kelas X SMA Negeri 55 dipindahkan ke SD Negeri 01 dan 03 Pengadegan. Siswa dan guru menggunakan gedung sekolah itu siang hari setelah selesai digunakan siswa SD.

Adapun aktivitas belajar- mengajar murid kelas XI dan XII menggunakan gedung sekolah STIE Tunas Nusantara di Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur, yang disewa.

Untuk menyewa gedung, orangtua berinisiatif mengumpulkan dana sebesar Rp 125.000 per bulan per siswa. ”Sewa gedung habis pada Juni 2015. Padahal, sampai sekarang belum jelas kapan pembangunan sekolah selesai,” kata Kartono.

Di SMP Negeri 73 Tebet, kegiatan belajar-mengajar hanya bisa dilaksanakan di lantai satu karena pembangunan lantai dua dan tiga belum selesai. Lorong sekolah pun dijadikan ruang guru.

Menurut Kepala Sekolah SMPN Tebet 73 Sukirman, Pemprov DKI Jakarta harus segera menyelesaikan pembangunan gedung sekolah. ”Anak-anak sudah terlalu lama menderita karena layanan fisik pendidikan tak memadai. Penderitaan itu harus segera dihentikan,” kata Sukirman (Kompas, 30/1/2015).

Perpindahan lokasi belajar- mengajar ini merepotkan para pelajar dan orangtua. Sugeng Suprianto (45), warga RT 002 RW 003, Kelurahan Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, menuturkan, biasanya anaknya berjalan kaki ke gedung SMA Negeri 55.

”Anak-anak yang dulunya bisa jalan kaki ke sekolah sekarang harus kerepotan gonta-ganti angkutan umum karena lokasi belajar pindah,” kata Sugeng. (B10/DNA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com