Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Atasan seperti Ahok Bikin "Pusing" Bawahan

Kompas.com - 26/02/2015, 11:32 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memasuki 100 hari kepemimpinannya dalam mengelola Ibu Kota pada Kamis (26/2/2015). Dalam 100 hari ini, Basuki dinilai kerap melontarkan gagasan-gagasan spontan yang membuat “pusing” bawahannya.

Pengamat Kebijakan Publik, Yayat Supriatna, mengatakan, banyak gagasan baru dari Basuki yang disampaikan secara luas, tetapi belum memiliki konsep yang jelas. Hal ini, menurut dia, akan membingungkan pejabat eselon yang ada di bawahnya untuk mewujudkan gagasan tersebut.

“Ini agak berat karena bawahannya harus tahu maunya gubernur ke mana. Beliau itu banyak mengeluarkan wacana yang spontan, ide-ide yang katakanlah impulsif,” ujar Yayat saat dihubungi, Kamis pagi.

Ia mencontohkan, Basuki pernah melontarkan wacana kendaraan pribadi boleh masuk jalur transjakarta asalkan membayarkan retribusi tertentu. Padahal, konsep tersebut masih mentah dengan konsep implementasi yang masih belum jelas.

“Spontanitas-spontanitas itulah yang membuat yang di bawah itu sulit mengikuti karena banyak hal-hal baru dengan dinamika yang tinggi,” kata dia.

Menurut Yayat, Basuki juga sangat mendominasi kebijakan-kebijakan yang ada di Ibu Kota. Sehingga, kemungkinan gagasan atau kreativitas dari bawahannya belum terlalu tampak. Apalagi dengan gaya kepemimpinan Basuki yang terkesan galak dengan langsung menstafkan pejabat-pejabatan eselon yang melakukan kesalahan. Padahal, bisa jadi itu karena bawahannya akan melakukan sebuah inovasi, namun gagal.

“Jadi ada kemungkinan, bawahan-bawahannya seperti Kepala Dinas, Camat, dan Lurah menjadi takut salah, tidak berani mengambil inisiatif besar jika belum ada arahan gubernur,” kata Yayat.

Yayat juga menilai, ide-ide Basuki seringkali terbentur dengan peraturan-peraturan yang kewenangannya ada di Pemerintah Pusat. Misalnya, soal bantuan bus dari Tahir Foundation untuk mendukung kebijakan pelarangan sepeda motor di ruas jalan tertentu terbentur dengan berat bus yang tidak mencukupi aturan untuk bus tingkat.

“Pak gubernur marah, kenapa yang lain boleh, ini tidak boleh? Jadi ada kemungkinan informasi-informasi terkait aturan ini tidak disampaikan dengan baik ke gubenur karena bawahan-bawahannya takut,” kata Yayat.

Menurut Yayat, dibutuhkan kesabaran dan pemikiran konsep yang matang dari bawahan-bawahan untuk bisa mengimbangi Basuki.

Indikator jelas

Yayat mengatakan, untuk menghindari ketakutan bawahan-bawahannya dalam membuat inovasi, Basuki perlu membuat indikator-indikator yang jelas terkait kinerja. Indikator ini akan membuat penilaian terhadap bawahan menjadi objektif.

“Dengan ada indikator yang jelas, bawahan-bawahan gubernur seharusnya bisa bekerja dengan lebih tenang dan berani membuat gagasan,” ucap Yayat.

Menurut dia, penilaian terhadap kinerja bawahan juga perlu dibuat terbuka dan transparan. Supaya tidak ada asumsi penilaian berdasarkan subjektifitas.

Penghargaan

Selain bersikap tegas, di sisi lain Basuki juga perlu memberikan penghargaan bila kinerja bawahannya memang baik. “Kalau memang ada yang berpretasi seharusnya bisa diangkat dan dijadikan contoh,” kata Yayat.

Peningkatan gaji dinilai Yayat sebagai hal yang baik untuk membuat bawahan-bawahannya semakin termotivasi untuk menunjukkan kinerja yang baik. Apalagi dengan adanya tunjangan kinerja daerah (TKD) dinamis yang penilaiannya berdasarkan kualitas kinerja pegawai.

“Dengan begitu, bawahan-bawahannya termotivasi untuk terus berinovasi supaya kinerjanya baik,” kata Yayat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Pelaku Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Pelaku Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Megapolitan
Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com