Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Kalau PNS Setuju Anggaran Siluman, Gue Pecat Lu

Kompas.com - 04/03/2015, 16:30 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama mengerahkan para lurah dan camat se-DKI Jakarta mengisi semacam angket untuk mencocokkan apa yang dianggarkan mereka dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) DKI 2015.

Basuki juga meminta mereka bersikap, apakah menyetujui RAPBD DKI atau RAPBD versi DPRD DKI. "Ini namanya angket versi Ahok. Selanjutnya ya terserah Anda," kata Basuki di Balai Kota, Rabu (4/3/2015).

Basuki menegaskan, hari ini ia ingin memisahkan mana saja lurah dan camat yang setuju melakukan perubahan dan mereka yang setuju dengan anggaran "sisipan" DPRD DKI.

Caranya adalah dengan mengisi surat pernyataan setuju atau tidak setuju terkait rincian anggaran di APBD DKI 2015.

Menurut Basuki, cara seperti ini adalah cara yang paling adil agar dapat "melepas" pegawai negeri sipil (PNS) yang sudah jenuh bekerja mengikuti gaya kerjanya. [Baca: Diminta Ahok Isi Angket, Lurah-Camat "Ngemper" Coret Anggaran Siluman DPRD]

"Saya tawarkan mereka, setuju tidak dengan anggaran yang tidak sesuai dengan usulan mereka. Kalau mereka menyatakan dukung DPRD, ya mereka membantu memecat saya dari (jabatan) gubernur. Kalau ada PNS yang setuju dengan anggaran siluman, ya gue pecat lu," kata Basuki. 

Hak angket versi Ahok ini sendiri dilakukan dengan cara mengisi pernyataan setuju atau tidak setuju di salinan daftar anggaran versi DKI dan DPRD yang dibagikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI kepada para lurah dan camat.

Basuki juga meminta agar mereka membubuhkan cap jempol setelah mengisi angket. Setelah mendapat daftar anggaran tersebut, para lurah dan camat pun langsung berkelompok sesuai wilayah mereka, dan memverifikasi daftar anggaran yang sesuai dan tidak sesuai menurut mereka.

"Apa yang kita putuskan hari ini akan ubah sejarah negeri kita tentang anggaran transparan. Saya pasang badan dan nyawa saya supaya ada APBD transparan. Saya percaya, untuk mengatasi korupsi, syaratnya transparansi," ucap Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Megapolitan
Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Megapolitan
Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Megapolitan
Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Megapolitan
KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Megapolitan
Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Megapolitan
Ada Plang 'Parkir Gratis', Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Ada Plang "Parkir Gratis", Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Megapolitan
Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Megapolitan
Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com