Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tawuran Pelajar, Lagi-lagi Orangtua yang Susah...

Kompas.com - 17/04/2015, 08:54 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 27 siswa diamankan oleh Polsek Cengkareng karena terlibat tawuran yang terjadi di beberapa lokasi di Jakarta Barat, Kamis (16/4/2015) siang hingga sore. Rata-rata dari mereka adalah siswa kelas tiga dan berasal dari beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbagai jurusan yang ada di Jakarta.

"Mereka tawuran bawa sajam (senjata tajam) dan berantem sampai ke jalan raya, yang diamankan ada yang dari tawuran yang berbeda, jadi siang ada tawuran, sorenya ada lagi," kata Kanit Reskrim Polsek Cengkareng Ajun Komisaris Tosriadi Jamal, Kamis malam.

Para siswa yang terlibat tawuran kemudian diamankan di Polsek Cengkareng sembari menunggu orangtua atau perwakilan mereka datang menjemput. Sekitar jam 20.30 WIB, ada satu pasangan suami istri yang terlihat kebingungan memasuki Polsek Cengkareng.

"Permisi, Pak, yang anak tawuran di mana ya?" tanya Muhayat (55).

Dia adalah ayah dari salah satu siswa yang diamankan polisi karena terlibat tawuran di daerah Taman Kota arah Cengkareng. Muhayat bersama istrinya dipersilakan oleh polisi yang berjaga di bawah untuk masuk dan naik ke lantai atas.

Di atas, mereka menemukan puluhan siswa yang diamankan duduk di lantai. Beberapa ada yang menundukkan kepala, sebagian lagi terlihat sedang menahan sakit akibat luka pukul yang didapatnya dari saat tawuran.

Anak dari Muhayat adalah laki-laki berusia 17 tahun dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, yang adik-adiknya perempuan semua. Muhayat bersama istri tidak habis pikir kenapa anaknya bisa melakukan hal tersebut sampai ditangkap polisi di hari terakhir dia menyelesaikan Ujian Nasional (UN).

"Istri saya kaget sekali, nangis-nangis pas dibel sama polisi tadi siang. Saya juga lagi kerja, buru-buru kita pulang terus langsung ke sini," tutur Muhayat sambil menggelengkan kepala.

Muhayat mengungkapkan bahwa anaknya itu jarang sekali bermain setelah sekolah. Biasanya, dia langsung pulang atau minimal mengabari dia dan ibunya jika akan bepergian ke suatu tempat.

Berbeda pada hari itu, Muhayat dan istrinya tidak dapat kabar dari anaknya, malahan tahu-tahu yang didapat adalah telepon dari polisi. "Enggak pernah anak saya ikut-ikut (tawuran) kayak begitu, ini pertama kali," ujar Muhayat singkat.

Salah satu siswa yang tertangkap saat tawuran dibubarkan di Jalan Pedongkelan Depan, AUH (17), mengaku bahwa dia tidak tahu diajak temannya ikut tawuran. AUH menuturkan, setelah dari sekolah, dia sudah pulang ke rumah, lalu temannya menghampiri dan mengajaknya untuk main ke rumah temannya yang tidak jauh dari lokasi terjadinya tawuran.

"Saya enggak tahu ada tawuran, saya dibonceng sama teman. Pas sampai sudah ramai-ramai, kita dikejar juga, saya lari," ujar AUH.

Namun, dari sekian banyak yang tawuran, justru AUH yang akhirnya diamankan oleh polisi. Siswa SMK Negeri 35 itu terluka lebam di mata sebelah kiri karena sempat memberontak saat akan dibawa oleh polisi.

Di satu sisi, polisi-polisi yang mengamankan para siswa tidak percaya dengan alasan serupa seperti yang dilontarkan AUH. Mereka melihat bahwa para siswa itu sudah meresahkan masyarakat dan membahayakan warga sekitar dengan ikut tawuran.

Saat diamankan di Polsek Cengkareng, beberapa polisi yang melihat kumpulan para siswa menasehati dan menegur mereka. Bahkan, ada polisi yang mengingatkan para siswa untuk menjalankan ibadah daripada melakukan hal yang tidak berguna seperti tawuran.

"Lu mendingan banyakin sholat, masa masih muda kayak gini, mau jadi apa nanti?" seru seorang polisi.

"Tadi doang berani ledek-ledekin kita (polisi), sekarang kok pada ciut," kata polisi lainnya.

Para siswa yang menunggu dan duduk di luar masuk satu per satu ke sebuah ruangan untuk mengisi data diri. Di saat itu, polisi di dalam ruangan pun memberikan pesan kepada mereka.

"Dulu gue juga suka ikut-ikutan kayak kalian, tapi lama-lama gue mikir, ngapain kayak gitu, enggak ada gunanya. Nyusahin orangtua iya, coba lihat tuh orangtua lu susah-susah sampai datang ke sini buat lu doang," jelas polisi tersebut.

Siswa yang mendengarnya hanya menundukkan kepala tanpa berkata apa-apa. Setelah jam 21.00 WIB, orangtua dan perwakilan siswa lainnya mulai berdatangan. Mereka diharuskan mengisi sebuah surat pernyataan dan membawa data diri keluarga, baru polisi mengizinkan siswa yang bersangkutan untuk pulang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com