"Luas Zona A ini sekitar 3,2 hektare. Batasnya kali dan ada pagarnya. Tetapi, namanya maling siapa yang tahu," ujar Kepala UPT PBB, Supli Ali, Senin (27/4/2015).
Menurut Supli, salah satu dari tiga kawasan utama PBB itu memang masih dalam proses pembangunan dan perawatan.
Saat ini, pembangunan Zona A, diketahui baru rampung 70 persen. Sehingga, masih ada sejumlah pekerja dari pihak Waskita selaku pemenang tender yang beraktivitas di sana.
"Sebetulnya ada petugas pengawas dari PT Waskita sebanyak empat orang. Tetapi, sepertinya lampu yang ada di rumah adat tetap hilang," kata Supli Ali.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah satu pekerja di bagian cleaning service, Paul (38). Menurut dia, meski minim pengamanan, namun sejumlah pekerja bangunan kerap menginap di lokasi proyek.
Para pekerja bangunan itu juga dapat meringkan kerja petugas pengamanan.
"Kalau petugas keamanan resminya cuma satu. Itu pun titipan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, tetapi yang bayar dari Waskita. Biasanya pekerja bangunan juga sering menginap kok. Saya juga kadang pulangnya pukul 22.00 malam," ujarnya.
Meski demikian, Paul tidak menampik aksi pencurian juga bisa terjadi saat siang hari. Sebab, petugas keamanan yang bersiaga hanya bertugas sejak pukul 18.00-06.00 WIB hari berikutnya.
"Kalau siang, ya begini Mas, sepi. Ada CCTV sih, tetapi kan enggak tahu sudah beroperasi atau belum," tuturnya.
Sebelumnya, UPT PBB sempat mengeluhkan hilangnya lampu-lampu di empat rumah adat Betawi di Zona A yang diduga akibat ulah maling.
Rumah adat tersebut merupakan tempat para penampil melakukan persiapan sebelum mentas di panggung terbuka yang berada di tengah kolam.
Untuk diketahui, perkampungan Setu Babakan terpilih sebagai cagar Budaya Betawi berdasarkan SK Gubernur No 9 tahun 2000.
Perkampungan ini juga merupakan salah satu objek yang dipilih Pacific Asia Travel Association (PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta pada bulan Oktober 2002.
Namun, belum sempat diresmikan, beberapa bangunan pun mulai rusak akibat kurangnya perawatan. Mulai dari kolam yang dipenuhi jamur, atap kanopi yang mudah dirembes air tadahan, hingga lantai kayu yang retak dan melengkung.
Wilayah tersebut berdiri di atas lahan seluas 289 yang terbagi tiga wilayah. Zona A PBB, Zona B Perkampungan Betawi di kawasan Embrio dan Zona C yang belum dibangun.
Totalnya pembangunan di tiga wilayah tersebut menghabiskan dana sebesar Rp 120 miliar. Namun, dalam APBD 2015 yang belum disahkan tetap dianggarkan sebesar Rp 75 miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.