Di sela penandatanganan nota kesepahaman di Balai Kota Jakarta, Selasa (28/4), Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menegaskan, rumah susun sederhana milik (rusunami) itu kelak harus benar-benar untuk hunian, bukan untuk investasi.
"Saya minta ada perjanjian bahwa nanti pembeli adalah orang yang betul-betul menghuni. Tidak boleh orang yang berspekulasi, apalagi membeli 100 unit memakai nama orang lain. Itu yang terjadi di Kalibata City, juga Bendungan Hilir," katanya.
Dia menghendaki orang-orang yang sudah merasa mampu secara ekonomi dan tidak ingin lagi tinggal di rusunami untuk tidak menjual unit miliknya secara sembarangan. Penjualan tersebut harus dengan persetujuan Pemprov DKI Jakarta.
Direktur Utama Perum Perumnas Himawan Arief Sugoto mengatakan, rusunami di Cengkareng mulai dibangun tahun ini. Peletakan batu pertama direncanakan pada Rabu (29/4) ini.
Harga satu unit rusunami dengan luas 30 meter persegi sekitar Rp 300 juta. Himawan menambahkan, ketentuan subsidi dari pemerintah berbentuk kredit pemilikan rumah bersubsidi, uang muka murah, dan bunga bank yang rendah.
Basuki juga berencana menerapkan sistem kartu tanda penduduk yang beralamat di rusun sehingga pemilik tidak mudah berpindah dari satu rusun ke rusun lain. "Nanti ujung-ujungnya (unit) dijual ke investor. Rusak lagi sistem yang sudah ada," ujarnya.
Menurut Basuki, pembelian rusun untuk investasi sering kali terjadi karena warga kelas bawah sulit mendapatkan kredit untuk pemilikan rumah. Pengembang yang sudah membangun unit rusun tidak mau rugi sehingga menjualnya ke investor.
Pemberantasan prostitusi
Terkait ketenteraman dan ketertiban di tempat hunian, pengelola Apartemen Kalibata City bersinergi dengan Pemda DKI Jakarta dan kepolisian untuk melakukan pemberantasan praktik prostitusi di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.
"Kami mendukung penggerebekan yang dilakukan aparat kepolisian beberapa hari lalu. Kami sebagai pengelola apartemen mengakui kesulitan untuk mencegah praktik prostitusi di apartemen kami. Penggerebekan prostitusi dalam jaringan (online) kemarin justru membantu kami," kata General Manager Apartemen Kalibata City Evan T Walad di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan, untuk memberantas prostitusi online dibutuhkan teknologi canggih karena dalam praktiknya bisnis seks ini menggunakan jaringan internet. "Kami tak punya alat untuk memonitor, menangkap, atau menangkal praktik prostitusi yang menggunakan akses dunia maya. Karena itu, kami sangat mendukung upaya dari Polda Metro Jaya yang kebetulan memiliki unit khusus untuk itu," katanya.
Menurut Evan, Apartemen Kalibata City terdiri atas 13.500 unit hunian. Tidak mungkin pihaknya memeriksa satu per satu aktivitas penghuni tiap unit apartemen, termasuk mobilitas penghuni atau tamu yang datang dan pergi ke unit apartemen.
Pihak pengelola selama ini lebih banyak mengurus persoalan yang menjadi fasilitas bersama demi harmonisasi hubungan antarpenghuni. Sementara aktivitas di masing-masing unit apartemen sudah tergolong ruang privat sehingga sulit dipantau.
"Apalagi, semua pemilik dan penyewa telah memenuhi persyaratan yang berlaku sehingga kami tidak curiga dengan aktivitas mereka di dalam unit masing-masing," katanya.