Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua DPRD DKI: Yang Harus Dikoreksi Itu Eksekutif, Sarang Maling di Situ

Kompas.com - 06/05/2015, 20:32 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi mengomentari soal situasi DPRD DKI yang sedang diterpa isu dugaan korupsi, khususnya soal kasus pengadaan alat uninteruptible power supply (UPS) yang menyeret dua anggota Dewan, Abraham Lunggana dan Fahmi Zulfikar, sebagai saksi dalam kasus ini.

Sebagai Ketua Dewan, Prasetio mengatakan bahwa pihak yang harus mengoreksi diri adalah pihak eksekutif, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Yang harus dikoreksi itu bukan DPRD, tetapi eksekutifnya. Yang sarang maling itu di situ. Bukan kita," ujar Prasetio di Gedung DPRD DKI, Rabu (6/5/2015).

Dia mengatakan, DPRD hanyalah pihak yang membahas, apalagi DPRD tidak tahu-menahu proses pengadaan sampai pada lelang. Semua itu dikerjakan oleh eksekutif.

Menurut Prasetio, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebenarnya boleh berkoordinasi dengan DPRD dalam membicarakan usulan-usulan. Itulah yang disebut dengan pokok pikiran (pokir).

SKPD pun berhak memberikan usulan-usulan kepada Dewan. Dewan pun berhak untuk mengesahkan usulan tersebut.

"Itu sah secara formal, mau minta kok. Pengesahannya ada pada kita," ujar Prasetio. Intinya, kata Prasetio, dia menegaskan bahwa pokok pikiran bukanlah sesuatu yang dilarang.

Hal yang tidak boleh adalah jika pokir tersebut begitu berlebihan. "Pokir juga barang haram. Haramnya adalah ketika itu berlebihan," ujar Prasetio.

Sejujurnya, kata Prasetio, dia merasa sedih dengan situasi yang terjadi saat ini. Akan tetapi, dia mengingatkan kasus yang menyeret anggotanya terjadi pada tahun anggaran 2014. Ketika itu, dia belum menjabat sebagai pemimpin Dewan.

Dia menganggap situasi ini sebagai sebuah pembelajaran agar, kata Pras, ke depannya proses penganggaran bisa dilakukan secara tepat untuk rakyat DKI Jakarta.

"Saya serahkan kepada petugas hukum. Cuma saya sedih kalau ini terjadi, sebagai ketua, saya sebagai kepala sekolah di sini, masih ada seperti ini. Tetapi, ini kan 2014, sewaktu saya belum jadi ketua. Saya harap dengan adanya begini kan ini pembelajaran supaya ke depan anggaran bisa sampai ke rakyat," ujar Prasetio.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Megapolitan
Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Megapolitan
Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Megapolitan
KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Megapolitan
Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Megapolitan
Ada Plang 'Parkir Gratis', Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Ada Plang "Parkir Gratis", Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Megapolitan
Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Megapolitan
Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Megapolitan
SMK Lingga Kencana Depok Berencana Beri Santunan ke Keluarga Siswa Korban Kecelakaan

SMK Lingga Kencana Depok Berencana Beri Santunan ke Keluarga Siswa Korban Kecelakaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com