Septiana masih memakai baju pramuka, lengkap dengan sepatu dan tas yang berada di samping kanannya. Sesekali ia menutup hidung karena debu dari penggusuran di sampingnya.
"Saya baru pulang sekolah. Tadi dijemput mama," kata Septi yang rumahnya telah rata dengan tanah.
Septiana terpaksa pulang untuk menjaga adiknya. Sementara ibunya sibuk memindahkan barang-barang keluar dari dalam rumah. "Ini jaga adik sama barang-barang," ucap Septiana.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di rumahnya, Septiana sempat tertegun. Ia tak menyangka rumahnya sudah rata dengan tanah. "Sempat kaget sebentar. Cuma enggak sempet nangis. Adik juga kaget," ungkap Septiana.
Adik Septiana, Bayu, tampak terlelap di tumpukan kasur dengan posisi tengkurap. Ia masih mengenakan seragam pramuka lengkap dengan sepatu dan tas sekolah.
Setelah penggusuran ini, Septiana beserta keluarganya akan menempati rumah saudaranya di kawasan Bekasi. Kedua kakak-beradik itu harus bolak-balik dari Bekasi ke sekolahnya yang terletak di Jakarta Barat.
"Paling naik kereta turun di Stasiun Kota sama adik," kata Septiana.
Meskipun terlihat melelahkan, Septiana tidak memiliki pilihan lain. Sebab, ia masih bersekolah sampai Ujian Kenaikan Kelas (UKK) pada 8 Juni nanti. "Setelah UKK baru pindah lagi kayaknya," ucap Septiana.
Septiana merupakan satu dari sekian banyak warga Pinangsia yang digusur rumahnya di bantaran Kali Ancol. Para warga yang digusur ini berharap mendapat tempat relokasi setelah penggusuran.
Usaha mereka berunjuk rasa di Balai Kota dan Kompleks Kediamana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama 'Ahok' tak membuahkan hasil. Rumah mereka tetap diratakan dengan tanah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.