Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Psikologi Politik Sebut Tak Ada Partai yang Nyaman dengan Ahok

Kompas.com - 16/06/2015, 22:42 WIB
Aldo Fenalosa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama yang juga populer dipanggil Ahok bukanlah sosok yang memerlukan partai untuk berpolitik. Bahkan, Ahok dinilai mampu berjalan di jalur independen untuk maju kembali dalam Pilgub DKI pada 2017 mendatang.

"Dia akan maju dari jalur independen pun bisa. Ahok punya potensi untuk menggalang relawan. Dia akan bisa mendapat 1 juta tanda tangan warga Jakarta. Partai tidak ada yang nyaman dengan dia, 'gerah' semua," kata pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, di Jakarta, pada Selasa (16/6/2015) sore.

Hamdi menilai, karakter kepemimpinan yang ditunjukkan Ahok selama menjadi Gubernur sangat pas untuk membenahi peta perpolitikan hingga pemerintahan di Ibu Kota.

Sebab, kata dia, mantan Bupati Belitung itu tidak pernah melihat kepentingan lain selain untuk rakyat.

"Dia beranggapan hanya publik yang bisa menyelamatkan dia, bukan partai politik. Ketika partai sedemikian rakusnya, jalan Ahok ini bagus menyelamatkan demokrasi kita," kata Hamdi.

Namun, dia menilai, jika karakter kepemimpinan seperti itu dipergunakan, juga akan memunculkan efek negatif, yakni mengikis hakikat sebuah partai dalam sistem demokrasi.

"Tetapi, dalam jangka panjang, tidak bagus juga terus-terusan seperti ini karena tidak bisa dibuat deparpolisasi. Jadi, langkah Ahok ini sebagai langkah transisi saja, membersihkan yang korup di Jakarta," kata Hamdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com