Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendandani Wajah Ikon Nasional Kita

Kompas.com - 28/06/2015, 08:19 WIB
KOMPAS - Wajah Monumen Nasional kini berubah. Tak ada lagi kerumunan pedagang yang menyambut pembeli di sepanjang pagar masuk hingga di depan pintu ke museum. Pengunjung yang ingin membeli makanan atau aneka suvenir tetap bisa melakukannya di area Lenggang Jakarta di selatan monumen.

Lenggang Jakarta menjadi satu-satunya area komersial di kawasan Monumen Nasional (Monas). Lokasinya di antara area parkir dan pintu masuk sisi barat daya. Pintu masuk sisi barat daya ini terhubung langsung dengan mobil pengantar pengunjung ke Tugu Monas.

Meski sempat diserang sekelompok orang yang mengatasnamakan pedagang kaki lima (PKL) Monas, Sabtu malam pekan lalu, sisa-sisa kerusakan bisa diminimalkan dan kegiatan di pusat kuliner dan suvenir itu tetap berlanjut.

Kawasan Lenggang Jakarta dibangun pihak ketiga dan dikelola tersendiri. Pedagang di kawasan itu adalah pedagang yang sudah lama berjualan di area Monas. Total, ada 302 pedagang di Lenggang Jakarta.

Area penjualan makanan di kompleks ini dibentuk seperti pujasera dengan aneka pilihan makanan. Ada mi ayam, bakso, nasi timbel, pecel, dan beragam jenis soto. Ada pula aneka jus dan sup buah.

Di area penjualan suvenir, cendera mata yang ditawarkan umumnya berupa kaus anak dan dewasa yang bergambar Tugu Monas. Ada pula yang menjual gantungan kunci berbentuk Monas. Beberapa penjual lain menawarkan topi dan mainan anak. Hampir semua penjual menuliskan harga barang.

Nina, penjual soto betawi di Lenggang Jakarta, sebelumnya menjual soto ayam biasa, seperti kebanyakan pedagang lain di Monas. "Awalnya saya berjualan minuman botol, lalu naik menjadi penjual soto ayam dengan gerobak," katanya.

Sejak masuk Lenggang Jakarta, dia mendapat pelatihan memasak dan ditawari menjual soto betawi. Sekitar tiga bulan terakhir, Nina mulai berjualan di Lenggang Jakarta.

Di setiap ruang penjual makanan disediakan kompor. Ada pula tempat cuci piring dan perabot masak. Sementara kulkas dan lemari pajang dia sediakan sendiri.

Meski demikian, Nina, yang sudah berjualan di kawasan Monas selama 15 tahun, merasakan jumlah pembeli di Lenggang Jakarta belum sebanyak dulu.

Hal senada disampaikan Hamami, penjual kaus di Lenggang Jakarta. Ia mengaku senang dengan tempat baru ini, tetapi pembeli memang belum seramai saat dia masih menjadi PKL di kawasan taman Monas. "Pembeli, sih, ada saja, tetapi jumlahnya belum sebanyak dulu," ujarnya.

Makin nyaman

Bagi pengunjung Monas, perubahan wajah ini menyenangkan. Monas yang merupakan ikon nasional tak lagi sumpek, terutama pada akhir pekan.

"Melihat Monas sekarang lebih enak, enggak ruwet lagi. Mau makan-minum juga merasa terjamin," kata Ika, warga Cengkareng yang ditemui di Monas, pekan lalu.

Hal senada disampaikan Nisa, warga Depok yang bekerja di kawasan Kebon Sirih. Dia merasa kini bisa mendapatkan kepastian harga barang atau makanan di Lenggang Jakarta. "Kalau dulu, mau nanya harga barang saja malas karena lokasi pedagang kumuh. Sekarang, lokasi nyaman dan harga barang jelas," kata karyawan swasta ini.

Kepala Kantor Pengelola Kawasan Monas Rini Hariyani mengatakan, PKL sudah dilarang total di Monas. Pintu gerbang sisi tenggara yang kerap dijadikan akses masuk PKL kini ditutup total. Petugas penjaga kawasan ini juga diperkuat, baik dari petugas internal, satpol PP, polisi, maupun tentara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Curhat Seniman Grafiti Diremehkan karena Tak Banyak Uang, Janji Akan Terus Berkarya

Curhat Seniman Grafiti Diremehkan karena Tak Banyak Uang, Janji Akan Terus Berkarya

Megapolitan
Rancang dan Perjuangkan Sendiri, Kios Seni di GKJ Jadi Karya Terbesar Suwito Si Pelukis

Rancang dan Perjuangkan Sendiri, Kios Seni di GKJ Jadi Karya Terbesar Suwito Si Pelukis

Megapolitan
Kerap Dipandang Sebelah Mata Jadi Pelukis Jalanan, Atu: Bagi Saya Tidak Masalah

Kerap Dipandang Sebelah Mata Jadi Pelukis Jalanan, Atu: Bagi Saya Tidak Masalah

Megapolitan
Ini Biang Kerok Eskalator 'Skybridge' Stasiun Bojonggede Rusak Berminggu-minggu

Ini Biang Kerok Eskalator "Skybridge" Stasiun Bojonggede Rusak Berminggu-minggu

Megapolitan
Sistem Imigrasi Sempat 'Down', Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Sebut Tak Ada Lagi Antrean Panjang

Sistem Imigrasi Sempat "Down", Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Sebut Tak Ada Lagi Antrean Panjang

Megapolitan
Warga Dorong Polisi Selidiki Kasus Penjarahan Aset Rusunawa Marunda

Warga Dorong Polisi Selidiki Kasus Penjarahan Aset Rusunawa Marunda

Megapolitan
Jauh-jauh dari Depok, Tiga Pemuda Datang ke PRJ demi Coba Mie Goreng Viral

Jauh-jauh dari Depok, Tiga Pemuda Datang ke PRJ demi Coba Mie Goreng Viral

Megapolitan
Mumet Ujian dan Sekolah, Salwa ke PRJ Demi 'Ketemu' Grup Kpop Seventeen

Mumet Ujian dan Sekolah, Salwa ke PRJ Demi "Ketemu" Grup Kpop Seventeen

Megapolitan
Warga Teriak Lihat Anies Keliling PRJ: Pak, Jadi Gubernur Lagi Ya...

Warga Teriak Lihat Anies Keliling PRJ: Pak, Jadi Gubernur Lagi Ya...

Megapolitan
Wakili Heru Budi, Wali Kota Jakpus Buka Perayaan HUT DKI di PRJ Bareng Anies

Wakili Heru Budi, Wali Kota Jakpus Buka Perayaan HUT DKI di PRJ Bareng Anies

Megapolitan
Jajan Kerak Telor di PRJ, Anies: Kangen, Sudah Dua Tahun Enggak Makan Ini

Jajan Kerak Telor di PRJ, Anies: Kangen, Sudah Dua Tahun Enggak Makan Ini

Megapolitan
Anies Baswedan Kunjungi PRJ, Pandu Pesta Kembang Api dari Atas Panggung

Anies Baswedan Kunjungi PRJ, Pandu Pesta Kembang Api dari Atas Panggung

Megapolitan
Beli Uang Palsu Rp 22 Miliar, Pelaku Bakal Tukar dengan Duit Asli yang Akan Dimusnahkan BI

Beli Uang Palsu Rp 22 Miliar, Pelaku Bakal Tukar dengan Duit Asli yang Akan Dimusnahkan BI

Megapolitan
Awalnya Pembeli, Pria di Depok Dimodali Bandar Buat Jadi Peracik dan Pengedar Tembakau Sintetis

Awalnya Pembeli, Pria di Depok Dimodali Bandar Buat Jadi Peracik dan Pengedar Tembakau Sintetis

Megapolitan
Keluarga Berharap Virgoun Bisa Direhabilitasi

Keluarga Berharap Virgoun Bisa Direhabilitasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com