Satu bangunan lagi, Blok E, terlihat tak berpenghuni. "Kalau enggak salah, itu buat warga gusuran Bukit Duri, tetapi belum ada yang ngisi," kata seorang warga Blok D, Waristo (35).
Menurut pantauan Kompas.com, kondisi bangunan bercat putih tersebut masih terlihat bagus dari sisi luar. Namun, saat masuk ke bangunan utama gedung, barulah kondisi yang sesungguhnya akan terlihat. (Baca: "Usir Setan Saja 'Dibaik-baikin' Dulu, Masa Usir Orang Enggak?")
Debu dan pasir menutupi lantai keramik di gedung yang dibangun tahun 2014 tersebut, mulai dari tangga lantai dasar menuju lantai satu hingga lantai lima, termasuk lantai di sepanjang lorong gedung hingga ke tiap-tiap tempat tinggal yang berjumlah 100 unit rusun. Jendela yang tidak tertutup dan pintu penghubung bangunan balkon yang tak terkunci diprediksi sebagai penyebab banyaknya debu dan pasir.
Tak hanya debu dan pasir, tumpukan jerami bahkan terlihat di dalam beberapa unit rusun, mulai dari sela-sela pipa air di langit-langit ruangan hingga di toilet kamar mandi.
Beberapa bulu burung dan pecahan cangkang telur pun terlihat di antara tumpukan jerami tersebut. "Kalau ini sih sarang burung. Hampir tiap ruangan ada. Soalnya, jendelanya tidak tertutup. Pintunya juga enggak terkunci," kata warga bernama Carto (25).
Sementara itu, warga lain yang juga tinggal di Blok D, Deri (32), tidak mengerti kenapa pintu-pintu unit rusun di Blok E tidak terkunci. Sebab, sejak dia menempati unit rusun di Blok D, kondisi bangunan tetangganya itu memang sudah seperti yang ada saat ini.
"Enggak tahu juga. Dari awal saya pindah ke sini (Blok D) memang enggak ada yang dikunci pintunya," kata Deri.
Bekas tapak kaki
Selain debu, pasir, dan tumpukan jerami, beberapa tembok gedung pun terlihat kotor. Hal itu ditandai dengan bekas tapak kaki berwarna hitam dan coklat.
Warga hunian di Blok D tak habis pikir bagaimana cara mencetak bentuk tapak kaki di tembok tersebut. "Ya, mungkin abis nginjek lumpur, ditendang ke tembok," ucap Carto.
Seperti diketahui, setelah menertibkan warga Kampung Pulo, Pemerintah Provinsi DKI berencana menertibkan kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan. Kawasan Bukit Duri itu juga ditertibkan mengingat wilayah tersebut termasuk dalam program normalisasi Kali Ciliwung.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama telah mempersiapkan dua lokasi rusunawa bagi warga Bukit Duri. (Baca: Warga Bukit Duri Tak Mau Tinggal di Rusun, Pilih KPR atau Pulang Kampung)
Sebanyak 160 unit telah disiapkan di Rusunawa Cibesel, Jatinegara, serta 150 unit di Rusunawa Pulogebang, Cakung. Saat ini, Pemprov DKI tengah fokus menyelesaikan pemasangan dinding turap (sheet pile) di sisi bekas penertiban Kampung Pulo.
Adapun, sebagai informasi, permukiman di Bukit Duri yang menjadi lokasi normalisasi Sungai Ciliwung dihuni sekitar 8.000 jiwa.
Pemerintah memastikan tidak akan memberikan uang ganti rugi bagi warga yang tinggal di sana karena yang diduduki adalah tanah negara. Namun, bila warga memiliki sertifikat tempat tinggal, maka pemerintah akan membelinya dengan harga appraisal atau berdasarkan taksiran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.