Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Penculikan Anak

Kompas.com - 27/08/2015, 17:08 WIB
BOGOR, KOMPAS — Pelaku penculikan dan kekerasan terhadap anak belakangan ini semakin nekat dengan modus kian beragam, sementara motif dan pelaku belum terungkap. Juli lalu, Sintya (6) dibawa kabur orang tak dikenal dan dikembalikan tiga hari kemudian. Minggu (23/8), AL (11) diculik selama sekitar 40 menit dan ditemukan linglung dengan tubuh penuh luka lebam.

Pelaku dinilai mampu memanfaatkan celah sempit saat anak luput dari pengawasan orangtua. Untuk itu, perlu dibangun kewaspadaan kolektif masyarakat demi melindungi anak dari kejahatan. Demikian disampaikan Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda dan psikolog anak dari Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Rabu (26/8), khususnya menanggapi penculikan AL di Kompleks Legenda Wisata Cibubur, Kabupaten Bogor.

AL yang duduk di kelas IV SD diculik pada Minggu sekitar pukul 18.15. Dia dibawa penculik dari depan Masjid Al Ijtihad, Kompleks Legenda Wisata. Sekitar 40 menit kemudian, AL ditemukan tidak jauh dari masjid oleh seorang petugas keamanan dalam kondisi tidak mengenakan baju, tubuh penuh luka lebam, dan linglung.

UM (38), ayah AL, mengatakan, saat AL shalat Maghrib di Masjid Al Ijtihad, ibunya menunggu di luar. Seusai shalat dan saat berjalan menuju mobil ibunya, tiba-tiba ada laki-laki yang menghampiri dan menepuk bahu kanan AL. Kemudian, AL dibawa ke dalam sebuah mobil Honda City berwarna hitam dan diberi minuman berwarna ungu. "Setelah diberi minuman di dalam mobil, anak saya tidak sadar dan tidak ingat lagi kejadian selanjutnya," ujar UM.

D (40), ibu AL, mencari anaknya dengan menanyai teman- teman AL yang biasa shalat bersama di masjid. Sekitar 40 menit berselang, AL ditemukan petugas keamanan dan dibawa ke orangtuanya.

Melihat AL luka lebam, orangtuanya langsung membawanya ke klinik terdekat. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, urine AL mengandung zat Tetrahydrocannabinol (THC) yang terdapat di dalam tanaman ganja. "Sekitar pukul 23.00 anak saya baru bisa mengenali orang yang ada di dekatnya. Tadinya dia hanya menangis," ucap UM.

Kepala Kepolisian Resor Bogor Ajun Komisaris Besar Suyudi Ario Seto mengakui, polisi masih menyelidiki kasus penculikan tersebut, termasuk mendalami motif pelaku. Identitas pelaku agak sulit diungkap karena minimnya saksi saat kejadian.

"Kejadian ini diharapkan menjadi alarm bagi orangtua lain untuk waspada," ujar Erlinda.

Menurut Erlinda dan Vera, anak perlu dibekali pertahanan diri agar bisa bereaksi cepat melindungi diri sendiri begitu berhadapan dengan penjahat, seperti berteriak jika didekati oleh orang tidak dikenal.

Modus baru

Polisi mengakui modus penculikan AL tergolong baru, tidak meminta tebusan dan mengembalikan korban kurang dari satu jam setelah diculik. "Korban mengalami lebam di kepala dan luka lecet di dada seperti terkena sabetan sapu lidi. Ada kemungkinan korban disiksa oleh pelaku dan diberi ganja karena urinenya mengandung zat THC," kata Suyudi.

Pada kasus Sintya yang diculik di tempat permainan anak di Pusat Grosir Cililitan, Jakarta Timur, polisi juga belum bisa menangkap pelakunya. Kasus kejahatan yang membuat anak balita Aditya Revan (3) meninggal juga belum bisa diungkap Polres Depok. Revan terjatuh dari sepeda motor yang dikendarainya bersama tantenya karena ditendang kawanan begal. Kepala Polres Depok Komisaris Besar Dwiyono mengatakan, peristiwa tersebut masih diselidiki. (ILO/RAY)

-----------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Kamis, 27 Agustus 2015, dengan judul "Waspada Penculikan Anak".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com