Pelaku dinilai mampu memanfaatkan celah sempit saat anak luput dari pengawasan orangtua. Untuk itu, perlu dibangun kewaspadaan kolektif masyarakat demi melindungi anak dari kejahatan. Demikian disampaikan Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda dan psikolog anak dari Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Rabu (26/8), khususnya menanggapi penculikan AL di Kompleks Legenda Wisata Cibubur, Kabupaten Bogor.
AL yang duduk di kelas IV SD diculik pada Minggu sekitar pukul 18.15. Dia dibawa penculik dari depan Masjid Al Ijtihad, Kompleks Legenda Wisata. Sekitar 40 menit kemudian, AL ditemukan tidak jauh dari masjid oleh seorang petugas keamanan dalam kondisi tidak mengenakan baju, tubuh penuh luka lebam, dan linglung.
UM (38), ayah AL, mengatakan, saat AL shalat Maghrib di Masjid Al Ijtihad, ibunya menunggu di luar. Seusai shalat dan saat berjalan menuju mobil ibunya, tiba-tiba ada laki-laki yang menghampiri dan menepuk bahu kanan AL. Kemudian, AL dibawa ke dalam sebuah mobil Honda City berwarna hitam dan diberi minuman berwarna ungu. "Setelah diberi minuman di dalam mobil, anak saya tidak sadar dan tidak ingat lagi kejadian selanjutnya," ujar UM.
D (40), ibu AL, mencari anaknya dengan menanyai teman- teman AL yang biasa shalat bersama di masjid. Sekitar 40 menit berselang, AL ditemukan petugas keamanan dan dibawa ke orangtuanya.
Melihat AL luka lebam, orangtuanya langsung membawanya ke klinik terdekat. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, urine AL mengandung zat Tetrahydrocannabinol (THC) yang terdapat di dalam tanaman ganja. "Sekitar pukul 23.00 anak saya baru bisa mengenali orang yang ada di dekatnya. Tadinya dia hanya menangis," ucap UM.
Kepala Kepolisian Resor Bogor Ajun Komisaris Besar Suyudi Ario Seto mengakui, polisi masih menyelidiki kasus penculikan tersebut, termasuk mendalami motif pelaku. Identitas pelaku agak sulit diungkap karena minimnya saksi saat kejadian.
"Kejadian ini diharapkan menjadi alarm bagi orangtua lain untuk waspada," ujar Erlinda.
Menurut Erlinda dan Vera, anak perlu dibekali pertahanan diri agar bisa bereaksi cepat melindungi diri sendiri begitu berhadapan dengan penjahat, seperti berteriak jika didekati oleh orang tidak dikenal.
Modus baru
Polisi mengakui modus penculikan AL tergolong baru, tidak meminta tebusan dan mengembalikan korban kurang dari satu jam setelah diculik. "Korban mengalami lebam di kepala dan luka lecet di dada seperti terkena sabetan sapu lidi. Ada kemungkinan korban disiksa oleh pelaku dan diberi ganja karena urinenya mengandung zat THC," kata Suyudi.
Pada kasus Sintya yang diculik di tempat permainan anak di Pusat Grosir Cililitan, Jakarta Timur, polisi juga belum bisa menangkap pelakunya. Kasus kejahatan yang membuat anak balita Aditya Revan (3) meninggal juga belum bisa diungkap Polres Depok. Revan terjatuh dari sepeda motor yang dikendarainya bersama tantenya karena ditendang kawanan begal. Kepala Polres Depok Komisaris Besar Dwiyono mengatakan, peristiwa tersebut masih diselidiki. (ILO/RAY)
-----------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Kamis, 27 Agustus 2015, dengan judul "Waspada Penculikan Anak".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.