Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satinah: Saya Tidak Mau Cerita, Nanti Saya Sedih Lagi

Kompas.com - 02/09/2015, 18:46 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bebas dari hukuman mati di Arab Saudi, Satinah (41), enggan berbagi cerita dengan pewarta selama dia di sana. Hal itu diungkapkan Satinah saat dia tiba di Indonesia menggunakan maskapai Saudi Airlines SD 822 ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Rabu (2/9/2015) siang.

"Saya tidak mau cerita. Nanti saya sedih lagi. Saya tidak mau ingat-ingat lagi yang sudah lewat," kata Satinah terbata-bata. Satinah tengah mengidap sakit stroke.

Akibat stroke itu, Satinah tidak bisa berjalan sehingga harus dibantu menggunakan kursi roda selama transit di bandara. Meski tidak mau cerita banyak, Satinah menuturkan, selama dia di penjara, dia sering sakit kepala dan tidak bisa tidur.

Kondisinya makin memburuk sampai Satinah merasa tubuhnya panas seperti terkena demam. "Saya pikir, panas biasa. Tetapi, lama-lama, panasnya semakin bikin badan lemas. Saya tahu-tahu pingsan terus bangun sudah di rumah sakit. Sampai sekarang enggak bisa jalan," tutur dia menceritakan awal mula kondisinya saat terkena stroke.

Terlepas dari pengalaman masa lalunya selama di Arab Saudi, Satinah sangat bersyukur kini bisa kembali ke Indonesia. (Baca: Kondisi TKI Satinah di Penjara Arab Saudi Makin Kurus dan Sulit Bicara)

Dia banyak mengucapkan terima kasih kepada perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Arab Saudi yang sudah sering membantunya, terutama dalam hal proses hukum yang dia jalani.

"Alhamdulillah, saya terima kasih sekali sama Kedubes RI, saya banyak dibantu. Kalau ketemu orang Kedubes, saya seperti ketemu keluarga. Terima kasih banyak," ujar Satinah.

Dari Bandara Soekarno-Hatta, Satinah langsung diantar dengan mobil ambulans ke Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, untuk menjalani perawatan.

Satinah ditemani beberapa orang keluarga dan saudaranya serta didampingi perwakilan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Kementerian Luar Negeri.

Kasus pembunuhan

Sebelumnya, Satinah dituntut hukuman mati qishas karena melakukan pembunuhan terhadap majikannya, Nura Al Gharib (70), pada tanggal 17 Juni 2007.

Pembunuhan tersebut tidak terencana, tetapi sebagai luapan emosi akibat dipukul oleh majikan dengan penggaris kayu.

Satinah membunuh dengan memukul tengkuk majikannya menggunakan penggilingan roti. Akibat panik, Satinah kabur dengan membawa tas yang di dalamnya terdapat uang senilai 37.000 riyal.

Pada hari itu juga, Satinah ditangkap oleh Kepolisian Buraidah. Pada tahun 2008, semula Satinah divonis dengan hukuman mati hadd ghillah (pembunuhan terencana sehingga hanya dapat diampuni oleh Allah).

Namun, dengan berbagai upaya pembelaan, akhirnya pada tahun 2009, hukuman diturunkan menjadi qishas.

Semula Satinah akan dieksekusi pada 21 Juni 2011, tetapi dengan upaya pemerintah, eksekusi tersebut dapat ditunda guna memberikan kesempatan lebih luas mengupayakan pemaafan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com