Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taufik Masih Penasaran soal Revisi UU bahwa Gubernur DKI Dipilih Presiden

Kompas.com - 03/09/2015, 14:27 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pimpinan Badan Anggaran DPRD DKI Mohamad Taufik kembali mempertanyakan mengenai revisi Undang-Undang No 29 tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kemarin, Taufik bertanya apakah revisi ini berkaitan dengan rencana Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama yang meminta agar jabatan gubernur dipilih oleh presiden saja. Sebab, hal tersebut ternyata masuk dalam salah satu program Pemprov DKI yang dia lihat dalam rapat pembahasan hari ini.

Mengenai hal tersebut, Kepala Biro Tata Pemerintahan Bayu Megantara yang hadir dalam rapat pembahasan Kebijakan Umum Anggaran – Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2016 hari ini, menjelaskan mengenai hal yang ditanyakan Taufik.

"Jadi revisi itu untuk penguatan Jakarta sebagai Ibu Kota negara," ujar Bayu di gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (3/9/2015).

Bayu menjelaskan, dalam revisi UU tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang berupaya agar memperoleh wewenang terhadap beberapa aset-aset yang bukan miliknya.

Sebagai contoh, jika ada kerusakan jalan negara, Pemprov DKI ingin diizinkan untuk bisa memperbaiki jalan tersebut. Sebab, jalan negara yang rusak itu berdampak langsung kepada warga DKI Jakarta. Kewenangan-kewenangan itulah yang ingin dimiliki Pemprov DKI dengan cara merevisi UU tersebut.

Jawaban Bayu tersebut tak memuaskan Taufik. Taufik kemudian meminta Bayu untuk berbicara apa adanya.

"Jangan ditutupinlah, Pak. Bulan Januari ada perwakilan tata pemerintahan, mau saya sebutin namanya? Dia datang ke DPR. Gimana caranya bisa ubah UU itu. Kan udah lama gerakan ini sebenarnya. Kita bukannya larang, tapi ya omongin bareng-bareng. Kita tuh kepanjangan tangan sana (DPR). Apa yang bapak lakukan itu sampai ke kita. Lebih baik bapak terbuka," ujar Taufik.

Bayu pun kembali menjelaskan dengan inti pembicaraan yang sama. Saat ini, timnya sedang melakukan inventarisasi permasalahan pada masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DKI. Masalah yang berkaitan dengan revisi UU itu dikumpulkan menjadi bahan untuk perubahan UU.

Berkaitan dengan gubernur yang dipilih presiden, Bayu mengatakan, hal tersebut merupakan salah satu dari yang diusulkan dalam tahap invetarisasi masalah.

"Semua itu yang mengusulkan masyarakat. Jadi ini kan masih ditampung dulu. Tapi kira-kira itu latar belakang revisi UU ini," ujar Bayu.

"Jadi soal gubernur dipilih presiden itu, itu baru diskusi dengan masyarakat saja. Usulannya ada. Satu dari sekian banyak usulan masyarakat," ujar dia. (Baca: Taufik Tanya Rencana Pemprov DKI Revisi UU agar Gubernur Dipilih Presiden)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com