Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suara dari Kamar Kos Sebelum Tata Chubby Ditemukan Tewas

Kompas.com - 05/10/2015, 16:26 WIB
Khuswatun Hasanah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Zulfiana Ulfa (24), pembersih kosan 28 lantai yang ditempati Dedeuh Alfi Syahrin alias Mpih alias Alfi Chubby, menjadi kasus pembunuhan pekerja seks komersial (PSK) yang dilakukan terdakwa Prio. Dia mengaku sempat mendengar adanya suara-suara dari kamar Alfi sebelum Alfi ditemukan tewas.

Di depan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Zulfiana mengakui bahwa dia mengenal Alfi. Namun, dia mengaku tidak pernah bertemu dengan Prio.

"Mpih (Deudeuh Alfi Syahrin) sudah satu tahun kos di situ, di lantai 2. Saya tidak pernah melihat Prio karena kamar saya ada di lantai 3," kata Zulfiana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (5/10/2015).

Zulfiana kemudian menceritakan bagaimana proses penemuan Alfi yang ditemukan tewas di kamar kosnya. Menurut dia, semua itu berawal dari laporan Acang (penjual makanan di sekitar kos-kosan Alfi). Acang mengadu kepada Zulfiana bahwa Alfi tidak bisa dihubungi sejak 10 April 2015.

Mendengar cerita Acang, Zulfiana kemudian mengingat mendengar ada suara-suara yang dia dengar dari kamar Alfi  pada tanggal 10 April 2015 malam, sekitar pukul 20.00 WIB.

"Saya lihat Alfi terakhir pukul 17.00, malam sekitar pukul 20.00 ada suara berisik seperti kursi digeser-geser sekitar tiga menit," ucap Zulfiana.

Mendengar suara tersebut, lanjut Zulfina, dia bersama ibu pengelola kos bernama Farida dan juga dua orang penghuni kos lain berinisiatif mendatangi kamar Alfi. Namun, ketika kamar tersebut dihampiri, suara berisik yang berasal dari kamar Alfi hilang.

"Akhirnya, saya ketuk kamarnya pelan karena korban adatnya keras," ucap Zulfiana.

Namun, tak ada yang membuka kamar kos Alfi. Besoknya, 11 April 2015, sekitar pukul 19.00 WIB, Zulfiana dan dua orang penghuni kos lain berupaya membuka kamar kos Alfi dengan menggunakan kunci duplikat yang dipegang oleh Zulfiana.

Saat itu, keadaan kamar kos Alfi gelap dan hanya terdapat cahaya lampu kamar mandi serta televisi yang tanpa suara. Mengetahui ada yang tak beres, Zulfiana memanggil penghuni kos lain dan menghubungi suami istri pengelola kos, Farida dan Oyong. Mereka kemudian berupaya menghubungi pihak polisi.

"Enggak lama datang polisi dan dicek. Saya enggak lihat tubuhnya. Hanya lihat keadaan korban ditutup bedcover. Rambutnya terurai berantakan. Mulutnya disumpal kaus kaki," kata Zulfiana.

Setelah kejadian tersebut, dia mengaku beberapa hari kemudian mendapat panggilan dari pihak Polda Metro Jaya. Zulfiana juga mengaku baru melihat barang bukti kasus pembunuhan tersebut ketika dipanggil menjadi saksi di Polda.

Selain Zulfiana, saksi lain yang dimintai keterangan di persidangan hari ini adalah Oyok (43), pengelola kosan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com