Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Komentar Miring dari Pak Ahok Kami Tanggapi dengan Senyuman"

Kompas.com - 12/10/2015, 08:52 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana memastikan bahwa ketatnya pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2016 beralasan politis. Untuk memastikannya, kata Sani (sapaan Triwisaksana), anggota Dewan juga sudah mengundang Kemendagri untuk berkonsultasi.

"Untungnya, beberapa kali DPRD mengundang Kemendagri untuk konsultasi soal pembahasan ini. Alhamdulillah sejauh ini Kemendagri masih menilai pembahasan KUA-PPAS 2016 masih on the track," ujar Sani ketika dihubungi, Senin (12/10/2015).

Sani mengatakan, pembahasan KUA-PPAS 2016 memang berbeda dengan sebelumnya. Sebab, Kemendagri telah mengeluarkan format KUA-PPAS yang baru. Dalam format baru tersebut, setiap anggaran memang sudah harus langsung terperinci. Hal itulah yang membuat proses pembahasan menjadi ketat dan memakan waktu lama.

Mengenai nilai anggaran yang diturunkan, kata Sani, hal itu bertujuan agar Pemerintah Provinsi DKI mampu mencapai targetnya. Selama ini, pendapatan daerah yang ditargetkan begitu tinggi dan tidak pernah bisa dicapai oleh Pemprov DKI. Padahal, berdasarkan pendapatan itu, belanja daerah dilakukan.

Jika target pendapatan tidak terpenuhi, otomatis Pemprov DKI tidak memiliki anggaran yang cukup untuk menjalankan semua programnya. Akhirnya, penyerapan tidak maksimal.

Sani mengatakan, ketatnya proses pembahasan serta turunnya nilai anggaran sama sekali tidak bertujuan politis seperti yang disebut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Bahkan, semua hal itu demi membantu Pemprov DKI agar bisa optimal dan terencana dalam menggunakan anggaran pada tahun mendatang.

"Makanya, kalau komentar miring dari Pak Ahok kami tanggapi dengan senyuman dan kerja terus saja. Kita sepakat biar publik dan Kemendagri saja yang menilai pembahasan anggaran di DKI," ujar Sani.

Sebelumnya, Ahok menengarai banyak anggota DPRD yang tidak suka dengan langkahnya mengungkap adanya anggaran siluman di dalam RAPBD 2015 sehingga pembahasan APBD 2016 dibuat lebih ketat. Semua anggaran yang diusulkan pada KUA-PPAS 2016 dibuat dengan detail harga satuan.

DPRD mengawal ketat semua anggaran dan menurunkan semua nilai anggaran di dalam KUA-PPAS 2016.

"Kenapa? Mungkin takut saya terlalu berhasil pada tahun 2016 karena mau pemilihan (pilkada) lagi tahun 2017. Enggak apa-apa, saya mah santai saja gitu, lho. Yang penting ini semua dilakukan secara transparan. Masyarakat bisa mengikuti apa yang terjadi gitu lho," kata Ahok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com