"Mendingan di sini jagain rumah ah, ngeri. Tahu-tahu Satpol PP datang rumahnya udah digusur lagi," ujar Nakim saat ditemui di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (27/12/2015).
Walau kemarin sempat kehujanan dan hanya tinggal dengan tertutup terpal, Nakim tetap bertahan di tempat tinggalnya itu.
"Bocor dikit mah enggak apa-apa, yang penting tetap rame," ucap pria paruh baya ini.
Nakim mengaku ia telah tinggal lama di kawasan Bukit Duri, kira-kira sejak zaman kepemimpinan Presiden RI Soeharto.
"Dari zaman kali bersih, ada becak sampai sudah punya cucu tiga saya tinggalnya masih sama, ya di Bukit Duri ini," ungkap bekas sopir becak itu.
Jika ada uang ganti rugi pun Nakim tidak akan menerima.
"Kalau dikasih tempat tinggal sih enggak masalah. Tapi kalau duit kan bisa habis," ungkap warga RT 3 RW 12 Bukit Duri itu.
Sementara itu, korban kebakaran lainnya, Yanto (38) memiliki harapan berbeda. Ia tidak masalah jika digusur asal mendapatkan uang ganti rugi senilai sewa kontrakan selama setahun.
"Jadi kalau sewa kontrakan Rp 1,5 juta ya tinggal dikalikan saja setahun. Kira-kira segitu nilainya," ujarnya.
Menurut dia, bentuk penggantian ini jauh lebih baik daripada diberikan rumah susun.
"Rusun itu biayanya besar. Teman saya saja sebulan habis sejuta hanya untuk bayar sewa, listrik, air, sampai keamanan," ungkap pria yang berprofesi sebagai kuli pasar ini.
Sebelumnya telah terjadi kebakaran di kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan pada Kamis (24/12/2015). Wilayah ini juga dikabarkan akan dibongkar terkait dengan adanya rencana normalisasi Kali Ciliwung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.