Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironis, Kisah Penganiayaan PRT Terus Berulang

Kompas.com - 13/02/2016, 06:30 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bertahun-tahun Siti Sri Marni alias Ani (20) berada dalam cengkeraman majikannya. Penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT) ini mengembalikan ingatan akan kasus penganiayaan PRT bernama Sunarsih, di Surabaya, Jawa Timur.

"Kejadian ini mengingatkan pada kasus-kasus kekerasan terhadap PRT sebelumnya, salah satunya mengingatkan pada tragedi Sunarsih," kata Koordinator Nasional Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT) Lita Angraini, dalam konferensi pers, di Hotel Ibis, Jakarta Timur, Jumat (12/2/2016).

Kurang lebih 15 tahun lalu, atau tepatnya pada tahun 2001, seorang perempuan asal Pasuruan, Jawa Timur, Sunarsih, menjadi PRT di rumah Nyonya Ita di kota Surabaya. Perempuan berusia 14 tahun itu akhirnya bekerja bersama empat orang temannya.

Selama enam bulan bekerja, Sunarsih bersama empat temannya kerap dipelakukan sebagai budak, tidak dibayar, diberi makan 1x perhari, tidak boleh keluar rumah, bersosialisasi, dan tidur di lantai jemuran.

Kemudian, suatu hari, sebuah makanan milik majikannya hilang. Sunarsih dituduh mengambilnya. Nyonya Ita marah, dan kemudian menganiaya Sunarsih. Ia dipukuli hingga memar dan luka.

Jerit minta ampun dari Sunarsih tak dihiraukan. Bahkan, korban dipaksa memakan kotorannya sendiri. Sunarsih akhirnya tewas dengan tubuh luka memar dan dalam kondisi terikat. Tragedi Sunarsih kemudian diperingati sebagai hari PRT Nasional setiap 15 Februari.

Kasus Ani, yang terjadi belum lama ini, di Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur, mengingatkan kembali akan kasus Sunarsih. Ani dianiaya majikannya, Meta Hasan Musdalifah (40), secara sadis.

Ani akhirnya ditolong warga setelah melarikan diri dari lantai atas rumah dan melaporkan kasus itu ke polisi. Saat pertama melapor, kondisi Ani babak belur dan mengalami sejumlah luka lebam, bengkak, serta bekas kekerasan benda tumpul mulai dari bagian kepala, telinga, hidung, bibir, kaki dan beberapa bagian tubuh lainnya.

Kepada petugas yang memeriksa, perempuan tersebut mengaku mendapat kekerasan fisik yang cukup serius. Mulai dipukul dengan sapu, sendal, disiram air panas, dan disetrika.

"Disiram air panasnya sudah lama, di dada sini. Kalau salah disiram air panas, dan perut saya ada bekas setrika," kata Ani, beberapa waktu lalu.

Tak puas sampai di situ, Ani bahkan pernah dipaksa memakan kotoran kucing peliharaan di rumah majikannya. Tak kuat menahan siksa, Ani sempat tiga kali mencoba bunuh diri, dan untungnya niat itu tidak sampai terealisasi. Ani akhirnya beruntung dapat kabur dari majikannya.

"Kalau tidak melarikan diri bisa lebih fatal dan bisa mengancam nyawa," ujar Lita.

Belum dilindungi

Lita mengatakan, RUU Perlindungan PRT, masih mandek. Sejak 12 tahun lalu diajukan, RUU itu belum mendapatkan pengesahan. Perkembangan terakhir, RUU PRT akhirnya menjadi bagian dari Perubahan Prioritas Prolegnas 2016 DPR RI.

Namun, pihaknya mendesak agar RUU Perlindungan PRT disahkan. DPR dan Pemerintah dianggapnya selalu alot dan belum mengakui PRT sebagai pekerja, belum ada UU Perlindungan dan belum ada Ratifikasi Konvensi ILO 189 Kerja Layak PRT. Padahal, kasus kekerasan PRT di tanah air masih terjadi.

Berdasarkan data yang dihimpun pihaknya dari berbagai sumber di lapangan, pada tahun 2015, terdapat 402 kasus menimpa PRT. Mayoritas 65 persen kasus adalah multi kekerasan termasuk upah yang tidak dibayar, penyekapan, penganiayaan dan pelecehan.

Sisanya adalah kasus perdagangan manusia yang disebabkan oleh agen. Dari total kasus, 80 persen di antaranya berhenti di tingkat kepolisian.

"Bagaimana bisa DPR dan Pemerintah terus menutup mata situasi PRT di negeri sendiri? Negara tuntut PRT mendapat perlindungan di negara lain, tapi di negara kita terjadi. Sangat ironis," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Simak Penyesuaian Jadwal Transjakarta, MRT, LRT, dan KRL Selama Pencanangan HUT ke-497 Jakarta Hari Ini

Simak Penyesuaian Jadwal Transjakarta, MRT, LRT, dan KRL Selama Pencanangan HUT ke-497 Jakarta Hari Ini

Megapolitan
Catat, Ini 41 Kantong Parkir Saat Acara Pencanangan HUT ke-497 Jakarta di Bundaran HI

Catat, Ini 41 Kantong Parkir Saat Acara Pencanangan HUT ke-497 Jakarta di Bundaran HI

Megapolitan
Pencanangan HUT ke-497 Jakarta di Bundaran HI Hari Ini, Simak Rekayasa Lalu Lintas Berikut

Pencanangan HUT ke-497 Jakarta di Bundaran HI Hari Ini, Simak Rekayasa Lalu Lintas Berikut

Megapolitan
Aksi Nekat Pelaku Curanmor di Bekasi: Beraksi di Siang Hari dan Lepaskan Tembakan Tiga Kali

Aksi Nekat Pelaku Curanmor di Bekasi: Beraksi di Siang Hari dan Lepaskan Tembakan Tiga Kali

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute KA Kertajaya, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Kertajaya, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Detik-detik Penjambret Ponsel di Jaksel Ditangkap Warga: Baru Kabur 100 Meter, Tapi Kena Macet

Detik-detik Penjambret Ponsel di Jaksel Ditangkap Warga: Baru Kabur 100 Meter, Tapi Kena Macet

Megapolitan
Pencuri Motor yang Sempat Diamuk Massa di Tebet Meninggal Dunia Usai Dirawat di RS

Pencuri Motor yang Sempat Diamuk Massa di Tebet Meninggal Dunia Usai Dirawat di RS

Megapolitan
Ratusan Personel Satpol PP dan Petugas Kebersihan Dikerahkan Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta

Ratusan Personel Satpol PP dan Petugas Kebersihan Dikerahkan Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta

Megapolitan
Alasan Warga Tak Amuk Jambret Ponsel di Jaksel, Ternyata “Akamsi”

Alasan Warga Tak Amuk Jambret Ponsel di Jaksel, Ternyata “Akamsi”

Megapolitan
Korban Jambret di Jaksel Cabut Laporan, Pelaku Dikembalikan ke Keluarga untuk Dibina

Korban Jambret di Jaksel Cabut Laporan, Pelaku Dikembalikan ke Keluarga untuk Dibina

Megapolitan
Penjambret di Jaksel Ditangkap Warga Saat Terjebak Macet

Penjambret di Jaksel Ditangkap Warga Saat Terjebak Macet

Megapolitan
Pencuri Motor di Bekasi Lepas Tembakan 3 Kali ke Udara, Polisi Pastikan Tidak Ada Korban

Pencuri Motor di Bekasi Lepas Tembakan 3 Kali ke Udara, Polisi Pastikan Tidak Ada Korban

Megapolitan
Ada Konser NCT Dream dan Kyuhyun, Polisi Imbau Penonton Waspadai Copet dan Tiket Palsu

Ada Konser NCT Dream dan Kyuhyun, Polisi Imbau Penonton Waspadai Copet dan Tiket Palsu

Megapolitan
Pencuri Motor di Bekasi Bawa Pistol, Lepaskan Tembakan 3 Kali

Pencuri Motor di Bekasi Bawa Pistol, Lepaskan Tembakan 3 Kali

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com