Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Warga Kalijodo "Curhat" kepada Petugas Posko Relokasi

Kompas.com - 19/02/2016, 07:36 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Baru sekitar puluhan kepala keluarga (KK) di Kalijodo yang mendaftarkan diri ke Posko Relokasi di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, hingga hari Jumat (19/2/2016) ini. Warga Kalijodo yang datang ternyata tidak hanya mendaftarkan diri, mereka juga mencurahkan isi hati (curhat) seputar kekhawatiran dan apa yang mereka rasakan terkait rencana penertiban dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

"Banyak yang mengeluh, Mas. Ada yang bingung kalau tinggal di rusun harus naik turun tangga. Katanya keluarganya sudah tua, enggak sanggup kalau harus naik tangga," kata seorang petugas posko yang enggan menyebutkan namanya kepada Kompas.com, Kamis siang kemarin.

Petugas perempuan itu menceritakan, ada juga warga yang awalnya sudah mendaftar untuk relokasi ke rusun, tetapi kemudian membatalkannya. Alasannya, dia mendapatkan ancaman dari preman Kalijodo sehingga memilih tidak pindah ke rusun dan pulang ke kampung halaman keluarganya di luar Jakarta. Warga itu ber-KTP DKI Jakarta.

Curahan hati warga Kalijodo lainnya menyangkut pekerjaan dan sekolah anak-anak mereka.

Ada yang menuturkan, beberapa bulan lagi anaknya akan menghadapi ujian akhir sekolah. Jika mereka terpaksa pindah ke tempat yang jauh, akan sulit bagi anak tersebut, minimal harus berangkat jauh lebih pagi dari biasanya. Belum lagi kemacetan selama perjalanan.

"Saya dengar begitu mikir, iya juga. Kasihan. Bagaimana kalau mereka pindah ke (rusun) Marunda? Itu kan jauh dari mana-mana. Orang kerja juga jadi tambah jauh," kata petugas tersebut.

Secara pribadi, petugas posko itu menyayangkan langkah Pemprov DKI Jakarta yang terkesan buru-buru dalam menertibkan Kalijodo. Hal itu dia rasakan, terutama ketika warga Kalijodo menanyakan soal unit rusun yang akan mereka tempat nantinya.

"Sebenarnya, warga pada bertanya, nanti saya mendapat rusun yang mana, ya? Padahal, Dinas Perumahan belum membuat daftar rusunnya. Harusnya, rusunnya sudah ada dulu, berapa jumlahnya, baru didata buat relokasi. Jadi, enak kasih tahu warganya," kata petugas itu.

Selain soal kepastian unit rusun, warga Kalijodo juga memikirkan bagaimana nanti saat pindah rumah. Pindah ke tempat baru pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit dan tenaga yang cukup besar.

"Sewa mobil baknya berapa duit. Belum barang-barangnya nanti bagaimana bawanya, berapa kali bolak-balik? Kasihan kan warga biasa yang enggak ada sangkut pautnya sama lokalisasi," kata petugas tersebut.

Jumlah warga yang terdampak penertiban di Kalijodo sebanyak 3.052 orang, sebagaimana yang terdata di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta.

Para petugas yang menjaga Posko Relokasi Kalijodo berharap, semua SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Pemprov DKI bisa mengikuti irama kerja Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Mereka melihat, Ahok sudah cukup baik sebagai pemimpin, tinggal jajarannya di tingkat bawah yang harus meneruskan etos kerja pemimpinnya, demi kesejahteraan masyarakat di Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com