Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Dapat Dua Unit Rusun Marunda, Warga Kalijodo Ini Masih Pusing

Kompas.com - 26/02/2016, 11:32 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berkaos merah dan bercelana pendek motif bunga, Yati terlihat pasrah ketika personel kepolisian bersenjata laras panjang berjaga di depan gang rumahnya, di Jalan Kepanduan II, Kalijodo. Saat dihampiri Kompas.com, Yati langsung mencurahkan hatinya.

"Saya nunggu waktu saja, Mbak, buat pindahan. Sepertinya saya sama keluarga saya pindah hari Minggu," kata Yati dengan wajah pasrah, Jumat (26/2/2016).

Yati merasa bersyukur karena keluarganya sudah mendapat dua unit rusun Marunda. Unit rusun itu akan dipergunakan untuk dirinya, suaminya, serta enam anak, dan tiga cucunya.

Meski demikian, Yati mengaku masih diliputi kegundahan. Pasalnya, anak pertamanya kini tengah hamil tujuh bulan.

"Saya dapat kamar di Blok B8 dan anak saya dapat di Blok A lantai 3. Anak saya lagi hamil besar, capek kalau naik tangga dan jauh banget kamarnya dari kamar saya. Saya takut kalau ada apa-apa," kata Yati yang sudah menempati rumahnya di Kalijodo sejak tahun 1950-an itu.

Jika memiliki uang, Yati mengaku lebih ingin mengontrak rumah dibandingkan pindah ke rumah susun. Sayangnya, penghasilan sang suami sebagai buruh serabutan hanya cukup membiayai makan sehari-hari anggota keluarganya.

Selain itu, dia juga berencana tidak membuka usaha ketika direlokasi ke rusun.

"Yang bisa buka usaha itu kan yang punya uang saja. Kami warga miskin menjeritlah pas ada berita rumah kami mau digusur, kebingungan saya benar, Mbak," kata Yati lirih.

Puluhan tahun menetap di RT 04/05, Yati tidak merasa terganggu dengan keberadaan tempat hiburan malam di sekeliling rumahnya.

Yati menjelaskan, pada tahun 1950-an dulu, sekeliling rumahnya adalah rawa-rawa. Tempat hiburan malam baru berdiri sekitar tahun 1970-an.

Lokasi rumahnya yang akan dibongkar itu letaknya dekat dengan tempat kerja sang suami di Pesing, Jakarta Barat dan pabrik tempat anaknya bekerja di Kapuk Jakarta Utara.

"Makanya saya bingung, sedih, mau tinggalin daerah sendiri, benar. Suami sama anak mau kerja juga susah, jauh banget sama Marunda. Mudah-mudahan saya enggak stress," kata Yati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Murid dan Guru SMK Lingga Kencana Trauma, Menangis Saat Ditanya Kronologi Kecelakaan

Murid dan Guru SMK Lingga Kencana Trauma, Menangis Saat Ditanya Kronologi Kecelakaan

Megapolitan
Kontennya Diduga Merendahkan Bahasa Isyarat, Komika Gerall Dilaporkan ke Polisi

Kontennya Diduga Merendahkan Bahasa Isyarat, Komika Gerall Dilaporkan ke Polisi

Megapolitan
Soal Dugaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Tidak Laik Jalan, Yayasan Harap Polisi Beri Info Seterang-terangnya

Soal Dugaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Tidak Laik Jalan, Yayasan Harap Polisi Beri Info Seterang-terangnya

Megapolitan
Pemkot Depok Beri Santunan Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Pemkot Depok Beri Santunan Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bangun RDF di Rorotan Cilincing, Tampung 2.500 Ton Sampah Per Hari

Pemprov DKI Jakarta Bangun RDF di Rorotan Cilincing, Tampung 2.500 Ton Sampah Per Hari

Megapolitan
Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Megapolitan
Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Megapolitan
Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Pihak Yayasan Merasa Kondisi Bus Layak

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Pihak Yayasan Merasa Kondisi Bus Layak

Megapolitan
Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Megapolitan
Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Megapolitan
Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Megapolitan
Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com