Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Camat Beri Penjelasan kepada DPRD DKI, Warga Lauser Teriak "Bohooong"

Kompas.com - 09/05/2016, 13:05 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Asisten Pemerintahan dari Pemkot Jakarta Selatan, Jayadi, mengatakan, warga Lauser sudah diundang untuk sosialisasi. Namun, warga tidak pernah memenuhi undangan tersebut. Akhirnya, Pemkot Jakarta Selatan pun mengeluarkan surat peringatan pertama.

"Tiga kali kami undang ke kecamatan, tetapi enggak ada yang hadir. Sesuai dengan UU, karena ini asetnya PAM, PAM minta dibalikkan, lalu Pemprov DKI mengeluarkan surat peringatan kepada penghuni," ujar Jayadi saat rapat bersama warga Lauser di ruang Komisi A DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Senin (9/5/2016).

Hal ini dibenarkan oleh Camat Kebayoran Baru Fidiah Rokhim. Fidiah mengatakan, undangan pertama dilayangkan pada 6 April 2016. Ketika itu, hadir semua unsur dari camat, lurah, dan kota. Namun, tidak ada satu pun warga yang hadir.

"Karena warga tidak hadir, saya berinisiatif ke sana bersama dengan babinsa. Saya ingin mengetahui bagaimana keinginan warga. Warga sampaikan kepada kami sudah tujuh kali dapat teror dari PAM Jaya dan hanya mau berurusan dengan camat saja," ujar Fidiah.

Pada 12 April 2016, warga kembali diundang untuk mengikuti sosialisasi. Kali ini, Lurah Gunung, Nur Muchyadi, yang mengundang. Warga Lauser kembali tidak hadir.

"Tanggal 12 enggak ada yang hadir. Saya lalu minta ke PAM Jaya tolong saya ditunjukkan batas aset. Saya datang ke sana bersama jajaran koramil dan polsek untuk meminta ke PAM Jaya tunjukan batas aset. Itu di-pylok (ditandai) sangat jelas," ujar Fidiah.

Pada 15 April 2016, kata Fidiah, warga Lauser kembali diundang untuk sosialisasi. Lagi-lagi, warga tidak memenuhi panggilan tersebut.

Padahal, kata Fidiah, mereka akan menjelaskan bantuan sebelum penertiban dari Pemerintah Provinsi DKI kepada warga, misalnya bantuan mobil untuk pindahan dan juga bantuan kepindahan sekolah anak-anak.

Setelah penjelasan itu, warga Lauser yang hadir dalam rapat tersebut menyoraki Fidiah dan menuding Fidiah berbohong.

"Camat bohooong," teriak warga.

Kuasa hukum warga, Eka Prasetia, menjelaskan alasan mengapa warga tidak pernah hadir ketika diundang.

"Karena undangan tersebut bahasanya sosialisasi sertifikat HGB, Pak. Artinya, kita seolah dipaksa mengakui bahwa kita menempati tanah punya PAM Jaya," ujar Eka.

Warga Lauser mengakui bahwa mereka tinggal di sana sejak 1955 tanpa sertifikat kepemilikan. Namun, warga juga mengatakan bahwa HGB milik PAM Jaya bernomor 1621/Gunung tanggal 24 Agustus 2012 dengan luas 2.084 meter persegi diperoleh dengan cara janggal.

Mereka menolak alternatif rusun maupun ganti rugi dan hanya ingin mempertahankan rumah mereka.

Kompas TV Warga Lauser Tolak Digusur!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com