Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Aturan Pelat Genap Ganjil, Sandiaga Uno Kaji Moratorium Mobil di Jakarta

Kompas.com - 17/05/2016, 19:48 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi partai Gerindra yang juga maju menjadi bakal calon Gubernur DKI, Sandiaga Uno menyebut aturan pelat genap ganjil yang akan diterapkan oleh Pemprov DKI tidak tepat.

Menurutnya, aturan pembatasan tersebut akan merugikan pengendara kendaraan bermotor.

"Kalau masalah genap ganjil, saya tidak setuju karena equality-nya enggak ada. Orang beli mobil bisa mau pake kan? Kalo genap ganjil nanti dia bilang 'udah bayar pajaknya setengah aja' itu juga enggak baik kan?" ujar Sandiaga di Gedung Kementerian Perindustrian, Selasa (17/5/2016).

Sandiaga menyebut, ada beberapa usulan dari teman-temannya yang berkecimpung di industri otomotif menawarkan untuk melakukan moratorium pelat B. Ide tersebut yakni tidak lagi menambah volume kendaraan bermotor pelat B hingga batas waktu yang ditentukan.

Menurutnya, ide tersebut muncul dikarenakan semakin bertambahnya volume kendaraan sedangakan jumlah akses jalan tidak bertambah. Namun usulan tersebut masih harus dikaji ulang karena bakal menimbulkan efek berantai khususnya untuk lapangan kerja di industri otomotif.

"Makanya ini masih kami kaji. Usulan drastis seperti ini diperlukan karena masalah kemacetan juga masalah kompleks, harus ada kebijakan yang drastis juga," kata Sandiaga. (Baca: "Three in One" Dihapus, Jakarta Diprediksi Tambah Macet)

"Moratorium itu pendapatnya para ahli, dan buat saya ini akan ada dampak terhadap lapangan kerja, makanya harus kita pikirkan. Nanti dilihat mana yang paling cocok buat Jakarta," lanjut Sandiaga.

Pemerintah Provinsi DKI telah sepakat untuk menghapus sistem three in one dan menggantinya dengan sistem electronic road pricing (ERP) yang direncanakan akan mulai efektif 2017 mendatang.

Namun, selang waktu tersebut, Pemprov merencanakan untuk memakai aturan pelat genap ganjil untuk mengatasi kemacetan sementara. (Baca: Ahok Segera Terbitkan Pergub Penghapusan "Three In One")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com