Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Dinilai Terlambat Persiapkan Kelaikan Bus untuk Mudik

Kompas.com - 09/06/2016, 07:46 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat memasuki bulan Ramadhan, Kementerian Perhubungan kembali berbenah untuk menyiapkan gelombang arus mudik. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menyatakan, mudik tahun ini ditargetkan zero accident.

Untuk mewujudkan hal itu, pemeriksaan terhadap bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) tidak lagi secara random melainkan satu per satu. Hingga Selasa (7/6/2016), Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) memantau sepuluh terminal bus di Jabodetabek. Fasilitas terminal dicek kelayakannya.

Dari total sekitar 1.400 armada bus AKAP milik berbagai perusahaan otobus (PO), 466 di antaranya telah menjalani ramp check. Namun hanya 44 bus atau kurang dari sepuluh persen, yang dinilai laik jalan.

"Kami sangat kecewa, karena kami lihat selama itu berarti tidak ada pengawasan. Padahal yang kami cek itu baru yang visual saja," kata ???Kepala BPTJ, Elly Adriani Sinaga, di kantornya, Rabu (8/6/2016).

Ramp check dilakukan terhadap lampu, ban, pintu, kaca, dan rem. Elly terheran-heran melihat banyak sekali bus yang rem tangannya tidak berfungsi, pintu daruratnya mati, lampu tidak menyala, ban vulkanisir, dan kaca depannya pecah.

"Target kami zero accident bagaimana bisa (tercapai) kalau kendaraanya seperti itu?" ujarnya.

Keselamatan dan kelayakan jalan tak hanya bersumber pada kendaraan tetapi juga pada terminal yang menunjang kesiapan si pengemudi. Elly mengakui bahwa terminal di Jabodetabek kondisinya memprihatinkan.

Terminal Pulogebang yang digadang-gadang sebagai terminal termegah se-Asia Tenggara, hingga saat ini bahkan belum siap beroperasi. Ada rambu yang belum dipasang, belum lagi soal puluhan PO yang masih menolak beroperasi di sana.

"Kami di Kemenhub sudah punya standar mengenai penyelenggaranan terminal. Bahwa sopir kami cek sebelum berangkat dan ternyata sekarang nggak ada ruang untuk itu, padahal perlu dicek pengemudi apakah punya SIM yang benar, apa sopir PO benaran," kata Elly.

Terlambat

Persiapan dan pemeriksaan akan dilakukan Kemenhub hingga 26 Juni ini. Senin (13/6/2016) depan, Menteri Perhubungan akan memanggil seluruh pengelola PO untuk bersama-sama membenahi kelayakan armada mudik.

Bus yang tak laik jalan tidak akan diizinkan beroperasi saat mudik. Untuk itu, PO akan diminta mengganti bagian-bagian kendaraan yang tidak layak.

Pakar Transportasi Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, menilai upaya persiapan yang dilakukan Kementerian Perhubungan terlalu singkat.

"Saya harus mengatakan terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali," kata Ellen.

Pemeriksaan kelaikan kendaraan yang baru dilakukan sebulan sebelum Lebaran hingga H-4 dianggap tidak tepat. Masyarakat sudah mulai melakukan perjalanan mudik dari dua minggu sebelum Lebaran.

Untuk penyempurnaan kelaikan bus juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit mengingat sebagian besar armada memang tidak laik jalan. Ellen mengatakan waktu perbaikan ini sangat tergantung dari beban ketidaklayakannya. Jika tidak parah, mungkin bisa cepat selesai.

"Kalau parah harus dilihat tuh uji KIR-nya gimana dulu. Jangan dipaksakan tetap harus jalan sebelum lolos," kata Ellen.

Ia berpendapat seharusnya tiga bulan sebelum masa mudik, pemerintah sudah harus melakukan ramp check secara random. Hasil itu  kemudian bisa dijadikan acuan untuk mendorong para PO membenahi armadanya.

Barulah sebulan sebelum masa mudik kembali dilakukan pengecekan keseluruhan. Ambisi zero accident akan tercapai jika seluruh unsur sudah siap. Jika tidak, maka masyarakat yang akan dirugikan dengan berkurangnya armada mudik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com