Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akan Ditertibkan, Pedagang Parsel Cikini Resah

Kompas.com - 17/06/2016, 11:31 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Raut wajah Topik (42) sedikit masam. Sesekali ia bermain dengan anaknya di lapak kaki lima (PKL) yang menjual parsel di Jalan Pengangsaan Timur, Cikini, Jakarta Pusat.

Ia mengaku risau dengan rencana penertiban Pemerintah Kota Jakarta Pusat terhadap para pedagang parsel itu.

"Modal saya belum balik sama sekali. Lagi bingung sekarang," kata Topik di lapaknya, Jumat (17/6/2016).

Modal yang dikeluarkan Topik untuk membuka usaha parsel musiman itu mencapai puluhan juta rupiah. Modal itu merupakan pinjaman. Dengan kondisi terancam ditertibkan, Topik mengaku bingung.

"Saya enggak kepikiran untung dulu, yang penting balik modal," kata Topik.

Menurut dia, pembeli parsel pada bulan Ramadhan tahun ini cenderung sepi. Tak banyak pengunjung yang datang.

Pemberitaan tentang rencana penertiban justru ramai di media dan hal itu, kata dia, membuat pembeli pun enggan datang.

Generasi kedua

Topik merupakan generasi kedua pedagang parsel di Cikini. Generasi pertama merupakan orangtua Topik yang sudah berjualan parsel sejak tahun 1980.

Lokasi penjualan dulunya berada di kolong rel Stasiun Cikini tetapi kemudian pindah ke lokasi yang sekarang lantaran PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan sterilisasi kolong rel.

Menurut Topik, sejak saat itu, pemerintah tak pernah melakukan penertiban.

Menurut dia, keberadaan pedagang parsel harus dilestarikan. Pedagang musiman itu telah menjadi bagian dari tradisi yang telah berjalan puluhan tahun.

Keberadaan pedagang parsel dinilai sangat membantu masyarakat. Harga parsel yang ditawarkan jauh lebih murah dibanding parsel-parsel di supermarket.

"Tapi kalau memang benar ditertibkan, kami pasrah aja," ungkap Topik.

Pemkot Jakarta Pusat berencana akan menertibkan para pedagang parsel itu pada Sabtu besok. Keberadaan mereka dinilai telah membuat kemacetan di sekitar jalan tersebut lantaran banyak pembeli yang memarkin kendaraan di badan jalan.

Para pedagang juga memakai fasilitas umum, yaitu trotoar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com