Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keterangan Medis Penyiksa PRT Menderita Sakit Jiwa Ditolak

Kompas.com - 15/07/2016, 09:37 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT), Lita Anggraini, mengatakan, pihaknya menolak pernyataan medis yang menyebutkan Meta Hasan Musdalifah (40) tersangka penganiayaan pembantunya, Sri Siti Marni alias Ani mengalami ganguan jiwa.

Keterangan itu disampaikan kuasa hukum Meta, Abi Prima Prawira saat persidangan yang digelar Kamis (14/7/2016) di Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

Ani mengaku disiksa secara sadis oleh Meta di Utan Kayu, Matraman, JakartaTimur pada Februari lalu.

Lita mengatakan, berdasarkan kronologi kasus, Meta melakukan kekerasan terhada Ani dengan sadar. Menurut dia, Meta bisa beraktivitas seperti biasa termasuk aktivitas sehari-harinya dalam menjalankan pekerjaan.

Lita menilai, jika memang Meta mengalami gangguan jiwa, harusnya tidak mengenal adanya sasaran korban kekerasan. Namun, dalam kasus ini, tindak kekerasan hanya terjadi pada PRT yang bekerja di rumah Meta.

"Gangguan jiwa tidak mengenal sasaran, jelas hal ini tindakan terdakwa menunjukkan relasi kuasa majikan terhadap PRT," ujar Lita dalam pernyataan resmi, Jumat (15/7/2016).

Lita mendesak agar majelis hakim di persidangan Meta untuk tetap melihat secara objektif dan melihat realitas yang telah terjadi. Lita yakin Meta secara sadar telah melanggar Undang-Undang nomot 23 Tahun 2004 tentang PKDRT dan Undang-Undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

"Kami mendesak majelis hakim untuk menjatuhkan hukuman seberat-beratnya terhadap Meta demi keadilan dan mencegah bahaya serta timbulnya korban baru," ujar Lita.

Ani merupakan salah satu dari 4 PRT yang menerima siksaan majikannya bernama Meta. Saat ditemukan, banyak luka penyiksaan di sekucur tubuh Ani mulai dari bekas pukulan, penyiraman air panas, bekas seterika hingga temuan pelecehan seksual. Bahkan, Ani sempat disuruh memakan kotoran kucing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com