Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Kharisma Bangsa Bantah Berkaitan dengan Kelompok Fethullah Gulen

Kompas.com - 29/07/2016, 11:27 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekolah Kharisma Bangsa membantah berkaitan dengan Organisasi Teroris Fethullah (FETO). Ada pun FETO adalah sebutan dari Pemerintah Turki untuk para pengikut ulama Fethullah Gulen yang gagal melakukan kudeta beberapa waktu lalu. Gulen diketahui mengasingkan diri di Amerika Serikat.

Bantahan Sekolah Kharisma Bangsa berkaitan dengan pernyataan Pemerintah Turki lewat siaran pers Kedutaan Besar Turki di Jakarta pada Kamis (28/7/2016) kemarin.

Pemerintah Turki menyebutkan, ada sembilan lembaga pendidikan yang tersebar di berbagai kota di Indonesia yang terkait dengan FETO, satu diantaranya adalah Sekolah Kharisma Bangsa.

Kepala Sekolah Kharisma Bangsa, Sutirto menegaskan bahwa Kharisma Bangsa bukanlah sekolah Turki. Izin operasional sekolah ini diajukan oleh Yayasan Kharisma Bangsa. Sehingga manajemen pun dikelola 100 persen oleh orang Indonesia.

"Kami jelas membantah kalau seperti itu (dianggap berkaitan dengan FETO)," kata Kepala Sekolah Kharisma Bangsa, Sutirto kepada Kompas.com di Sekolah Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan, Jumat (29/7/2016).

Sutirto mengakui bahwa Sekolah Kharisma Bangsa pernah bekerjasama dengan PASIAD, organisasi non pemerintah yang digerakkan oleh masyarakat Turki. PASIAD dikaitkan dengan Fethullah Gulen. Namun, kerja sama yang dimulai sejak 2006 itu berakhir pada tahun akhir 2014.

Kerja sama berakhir setelah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menertibkan sekolah berstandar internasional. Sekolah Kharisma Bangsa pun berubah status dari berstandar internasional menjadi Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK).

Salah satu syarat SPK adalah menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan internasional. Karena PASIAD bukan lembaga pendidikan, Sekolah Kharisma Bangsa akhirnya menghentikan kerja sama tersebut.

Kini, Sekolah Kharisma Bangsa menjalin kerjasama dengan Amity College dari Australia sejak bulan Juli 2015.

"Kami pure pendidikan. Gak ada (kegiatan lain) selain pendidikan," ujar Sutirto.

Kompas TV Presiden Turki Minta AS Serahkan Gulen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com