Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pidato Kebudayaan DKJ Tampilkan Menteri Agama

Kompas.com - 07/11/2016, 01:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com--Dewan Kesenian Jakarta memilih dua pembicara untuk tampil dalam Forum Pidato Kebudayaan 2016, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan ‎ahli astronomi dari Institut Teknologi Bandung Premana W Permadi. Program tahunan DKJ yang digelar pada 10 November 2016 itu mengangkat tema  Menuju Polemik Kebudayaan: Quo Vadis Indonesia?

Lukman akan berbicara tentang kedewasaan beragama dan masalah-masalah kemanusiaan masa kini. Adapun Premana‎ membahas mengenai membudayakan nalar ilmiah dalam menghadapi konflik sosial yang meluas. ‎"Baru pertama kali ini ada dua pembicara, makanya kami beri nama Forum Pidato Kebudayaan. Agar lebih menarik, dinamis, dan makin banyak pemikiran bisa disampaikan," kata Ketua DKJ Irawan Karseno di Jakarta, Senin (31/10).

Ketua Bidang Program DKJ Helly Minarti menambahkan, gagasan utama menampilkan dua pembicara pada tahun ini karena permasalahan Indonesia sudah makin kompleks. Dibutuhkan tidak hanya satu perspektif untuk menganalisisnya.  Penyampaian gagasan bersama menjadi suara-suara terkini bagi keadaan terkini kebudayaan Indonesia.

Pidato kebudayaan menjadi tradisi yang diselenggarakan sejak 1989 dan digelar sebagai bagian dari perayaan ulang tahun Taman Ismail Marzuki. Saban tahun DKJ mengundang tokoh nasional untuk mengupas persoalan kebudayaan yang penting dan aktual. Para pembicara berusaha menjawab tantangan yang tengah dihadapi oleh bangsa dengan pemikiran-pemikiran jernih dan perspektif kebudayaan.

Lukman, ketika dikonfirmasi, tidak mengira dirinya bakal didaulat untuk berpidato kebudayaan. Akan tetapi, ia belakangan ini memang kerap hadir dalam acara-acara kebudayaan, dan kadang-kadang juga mengisi acara, seperti berorasi di acara AJI dan membaca puisi di TIM saat Hari Puisi. "Lalu diminta memberi pidato kebudayaan di TIM dan dalam waktu yang sama juga diminta baca puisi di Tempo.Kini saya sudah berubah wujud jadi Mendikbud? He-he-he," tutur Lukman.

Persimpangan

Irawan mengatakan, Indonesia pada 2016 mengalami situasi persimpangan kebudayaan kembali. Revolusi demokrasi tahap lanjut pada 1998 telah membuka sebuah era yang dipenuhi tawaran-tawaran aneka kelompok dalam masyarakat mengenai bagaimana seharusnya "menjadi Indonesia" pada Abad ke-21.

Ada tawaran visi berwatak liberal, agamis, sosialis, pragmatik. Ada pula visi militeristik atau fasis. Kadang tawaran-tawartan itu dibarengi kekerasan-kekerasan bahasa, ruang, psikologis, hingga fisik. ‎Tema Polemik Kebudayaan: Quo Vadis Indonesia? merujuk pada polemik kebudayaan pada 1935 di antara pada seniman dan cendekiawan Indonesia. "Ini merangsang publik untuk mencari jawaban dan solusi bagi masalah-masalah bangsa ini," kata Irawan.

Pidato kebudayaan pertama pada 1989 menyuguhkan Umar Kayam dengan judul Pembebasan Budaya-budaya Kita. Selanjutnya, sejumlah tokoh yang mengisi program ini di antaranya Emil Salim, BJ Habibie, Mochtar Kusumaatmadja, dan Fuad Hasan, WS Rendra, Ali Sadikin, dan Todung Mulya Lubis. Tiga tahun terakhir menampilkan Karlina Supeli dengan tema Kebudayaan dan Kegagapan Kita, Hilmar Farid dengan tema Arus Balik Kebudayaan: Sejarah Sebagai Kritik, dan Nirwan A Arsuka dengan tema Percakapan dengan Semesta.

Indonesia pada 2016 tampaknya mengalami situasi persimpangan kebudayaan kembali. Tawaran-tawaran aneka kelompok dalam masyarakat mengenai bagaimana seharusnya "Menjadi Indonesia" pada abad ke-21 ini mengemuka. Ada yang menawarkan visi berwatak liberal, ada yang menawarkan visi agamis, visi sosialistik, visi pragmatik, bahkan ada juga yang militeristik dan/atau berwatak fasis. Kadang, tawaran-tawaran itu dibarengi kekerasan-kekerasan bahasa, ruang, psikologis, hingga kekerasan fisik.

Hanya dengan melihat lalu-lintas percakapan di media sosial dan media daring yang menyangkut peran agama di dalam masyarakat modern saat ini, khususnya yang terkait dengan konflik politik seputar Pilpres dan Pilkada. Tampak sebuah oposisi biner: pertarungan antara kaum “liberal” vs. kaum “jihadis”, kaum “progresif” vs. kaum “(ultra)konservatif”, yang masing-masing menganggap pihak seberang sebagai sesat. Retorika kekerasan seperti “bunuh”, “penggal”, “dungu”, “bakar”, dsb. Hal itu membanjir setiap pagi hingga pagi Lagi di Facebook, Twitter, dan Whatsapp berbahasa Indonesia.

Forum Pidato Kebudayaan ini tidak dipungut biaya. Kapasitas terbatas 1500 kursi. Untuk reservasi mohon mengisi data diri di link berikut: http://bit.ly/forumpidatokebudayaan. (Susi Ivvaty)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com