Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Warga Bukit Duri yang Sudah Bosan dengan Janji-janji Pemerintah

Kompas.com - 06/01/2017, 18:31 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu warga terdampak penertiban Bukit Duri, Yudi (46), mengaku sudah tidak percaya lagi dengan janji pejabat, tokoh politik, maupun jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Hal itu dikarenakan pengalaman selama empat bulan lalu hingga penertiban dilaksanakan, di mana banyak yang sudah berjanji kepada warga tetapi malah mengingkarinya.

"Dari zaman Pak Jokowi, Pak Ahok, sampai polisi juga enggak ada yang benar janjinya. Kami ini bukan warga liar loh, kami orang lama. Kami juga enggak anarkistis," kata Yudi kepada Kompas.com, Jumat (6/1/2017).

Yudi menceritakan, salah satu janji aparat kepada warga yang diingkari adalah saat penertiban. Beberapa hari sebelum penertiban, warga meminta kepada salah satu pejabat Polda Metro Jaya agar tidak mengikutsertakan Satpol PP, melainkan polisi saja.

Hal itu diminta karena menurut warga, Satpol PP terkenal bertindak kasar. Sehingga mereka lebih nyaman jika penertiban itu dikawal sepenuhnya oleh pihak kepolisian.

"Sudah diiyakan. Pas penertiban itu, paginya, yang masuk malah (personel) Satpol PP semua," tutur Yudi.

Dia juga membandingkan bagaimana kerabatnya yang memilih tinggal di Rusun Rawa Bebek, tempat Pemprov DKI merelokasi warga terdampak penertiban Bukit Duri, dengan dirinya. Yudi bersama 18 kepala keluarga (KK) di RW 12 mengontrak sebuah rumah di dekat lokasi penertiban, empat bulan lalu sampai sekarang.

"Di sana, minimal sebulan harus keluar duit Rp 700.000. Itu paling ngirit. Buat bayar sewa (rusun), bayar air, bayar listrik pakai token. Belum kalau kerja jauh. Enggak percaya kami sama iming-iming gratis berapa bulan di sana, enggak ada yang gratis," ujar Yudi. (Baca: Warga Bukit Duri Menang di PTUN, Pemprov DKI Harus Ganti Rugi)

Bersama dengan warga yang bertahan tinggal di Bukit Duri, Yudi berpartisipasi dalam sebuah koperasi yang dikelola langsung oleh mereka. Melalui koperasi itu, masing-masing saling membantu untuk memenuhi kehidupan dan modal dagang sehari-hari.

Terlepas dari banyaknya janji kepada warga, Yudi dan warga lain melihat apa yang dikerjakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang baik, yakni untuk melancarkan aliran Sungai Ciliwung.

Tetapi, mereka juga menyayangkan tidak ada pengertian dari pemerintah karena warga di sana punya surat berupa akta jual-beli, sertifikat tanah, PBB, dan sebagainya. (Baca: Empat Bulan Pasca-penggusuran, Begini Kondisi Bukit Duri)

Kompas TV Penggusuran yang Terjadi di Jakarta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com