Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Imbau Pendemo pada Sidang Ahok Tidak Memprovokasi

Kompas.com - 21/02/2017, 12:29 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan mengimbau agar massa pengunjuk rasa pada sidang kasus dugaan penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tidak melakukan orasi dengan nada provokatif.

"Kita tetap mengimbau agar menjalankan orasi demo di depan dengan tertib damai dan juga menyampaikan orasi-orasi dengan kata yang menyejukkan, sopan, santun, penuh etika, dan tidak bernuansa provokatif," ujar Iwan di Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (21/2/2017).

Iwan mengatakan, jika isi orasi mengandung unsur provokatif dikhawatirkan akan terjadi gesekan. Sebab, dalam demo sidang Ahok, ada dua kubu yang berunjuk rasa. Massa tersebut terdiri dari massa pro dan kontra Ahok.

"Saat ini sudah berlangsung dari GNPF sudah orasi, begitu juga massa dari (massa pendukung) Bapak Ahok. Kita buat sistem pemisahan agar tidak terjadi suatu konflik ataupun gesekan dan orasi ini jangan sampai saling bisa dengar," ucap dia.

Dalam sidang ke-11 ini, ada empat ahli yang akan hadir sebagai saksi. Keempat ahli itu yakni dua ahli dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu ahli agama Islam, Yunahar Ilyas; ahli hukum pidana, Abdul Chair Ramadhan; Miftachul Akhyar, ahli agama Islam dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU); dan Mudzakkir, ahli hukum pidana dari Universitas Islam Indonesia (UII).

Ahok didakwa dengan dakwaan alternatif antara Pasal 156 huruf a KUHP atau Pasal 156 KUHP. Jaksa menilai Ahok telah melakukan penodaan terhadap agama serta menghina para ulama dan umat Islam.

Kompas TV Benarkah percakapan telepon Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua MUI Kyai Haji Ma'ruf Amin disadap? Masih sebatas pertanyaan besar. Dugaan itu terlontar, saat Ketua Umum Partai Demokrat menggelar konferensi pers, pasca sidang kedelapan kasus dugaan penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama. Tommy Sihotang, tim kuasa hukum terdakwa Basuki Tjahaja Purnama, berencana meminta hakim memanggil SBY untuk menjelaskan dasar pernyataannya. Jika tak terbukti, tim kuasa hukum Ahok berencana menempuh langkah hukum dugaan fitnah. Sebaliknya, pihak Demokrat menuntut pihak Ahok yang lebih dulu membuktikan ungkapannya di persidangan lalu. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo meminta kuasa hukum Basuki Tjahaja Purnama yang harus membuktikan tudingan percakapan antara SBY dan Ketua Umum MUI. Menurut pakar teknologi informasi Pratama Persadha, kebenaran adanya penyadapan atau tidak hanya bisa dibuktikan lewat serangkaian pengujian teknis. Dugaan penyadapan terhadap Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono terkait kasus Ahok menjelang Pilkada DKI dilempar bak bola panas oleh SBY pada Rabu 1 Februari lalu. Di sisi lain, Ketua Umum MUI Kyai Haji Ma'ruf Amin telah memaafkan, namun belum dapat bertemu Ahok secara langsung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com