Mereka merasa, latihan seperti ini merupakan hal baru dan membuat mereka kembali bersemangat membantu pengendara yang kerap terjebak macet di jalan.
Beberapa Pak Ogah yang kemudian disebut sebagai sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) ini menceritakan kesan mereka kepada Kompas.com sebelum latihan dimulai.
Salah satunya, Mansur (41), yang sehari-hari biasa mengatur lalu lintas di kawasan Pondok Kacang Timur, Kota Tangerang Selatan.
"Awalnya kami cuma didata terus disuruh ikut latihan sama polisi di sini. Kami juga enggak tahu mau ngapain," kata Mansur.
Baca: Pak Ogah yang Dilatih Polisi Akan Diberi Atribut Pengatur Lalu Lintas
Latihan yang dimaksud sudah berjalan sejak hari Senin (21/8/2017) lalu.
Ada sekitar 24 Pak Ogah dari seluruh wilayah rawan macet Kota Tangerang Selatan yang terdata dan diikutsertakan dalam pelatihan ini. Mereka awalnya diajari 12 gerakan dasar pengaturan lalu lintas.
Ilmu ini sama persis dengan yang diajarkan kepada polisi lalu lintas sebelum mereka ditugaskan untuk turun ke lapangan, membantu kelancaran arus lalu lintas pada jam-jam sibuk.
Selain itu, Pak Ogah juga diajari teknik penanganan pertama saat terjadi kecelakaan.
Menurut polisi yang melatih, keterampilan itu dibutuhkan agar Pak Ogah atau supeltas yang pertama kali menemui kecelakaan di sekitar tempatnya bekerja, bisa segera menolong hingga bantuan lebih lanjut tiba di lokasi.
Baca: Tips dari Polisi untuk Pak Ogah Hadapi Pengendara yang Ngotot
Setelah menerima semua ilmu itu, meskipun baru beberapa hari, Mansur merasa senang.
Dia menilai, melalui pembinaan seperti itu terhadap kelompok mereka, secara tidak langsung polisi mengakui keberadaan Pak Ogah yang selama ini selalu ada di titik-titik macet jalanan.
"Kami jadi dianggap istilahnya, senang lah, ada rasa bangga gitu. Jadi, kalau misalkan ada apa-apa, kami enak ada yang bantu ngawasin dan bina kami," tutur Mansur.
Pak Ogah lainnya, Madun (50), menceritakan tidak semua anggota kelompoknya hanya mengatur arus lalu lintas.
Kebanyakan dari mereka merangkap berbagai pekerjaan selama seharian berada di jalan. Ada yang merupakan tukang ojek pangkalan sampai petugas parkir.
"Kalau kayak kami ini, nyari buat tambahan saja. Kayak teman saya, yang ngatur di putaran balik, sehari bisa dapat Rp 100.000 sampai Rp 150.000 dan enggak harus seharian, bisa nyambi jaga parkir," ujar Madun.
Mereka yang bekerja sebagai Pak Ogah juga beragam, mulai anak muda sampai mereka yang sudah dewasa, bahkan termasuk yang sudah kakek-kakek.
Tiap kelompok Pak Ogah membuat kawasannya masing-masing, dengan salah satu sosok yang dituakan dan dianggap sebagai pelindung mereka ketika bekerja.
"Banyak juga anak muda yang (umurnya) tanggung. Daripada enggak jelas mau ngapain, kami ajak ngatur jalan saja," ucap Madun.
Puluhan Pak Ogah yang telah dilatih rencananya akan dilantik secara resmi sebagai supeltas yang merupakan mitra Polri di Polda Metro Jaya pada Sabtu (26/8/2017) pagi esok.
Di sana, mereka akan menampilkan 12 gerakan dasar pengaturan lalu lintas yang telah dipelajari sepekan terakhir ini dan menerima atribut berupa kaos, rompi, topi, hingga peluit.
Kepala Unit Pendidikan dan Rekayasa (Dikyasa) Satlantas Polres Tangerang Selatan Ajun Inspektur Satu Heri Sulistiono secara terpisah menjelaskan, para supeltas yang sudah dilatih turut didata oleh kepolisian.
Pelatihan juga tidak cukup hanya sampai mereka dilantik, tiap-tiap Polres di wilayah hukum Polda Metro Jaya akan terus membina mereka, bahkan menerima calon supeltas baru yang bersedia ikut pelatihan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/25/13480021/kebanggaan-pak-ogah-latihan-jadi-pengatur-lalu-lintas-dengan-polisi