Salin Artikel

Upaya Tim DVI Ungkap Identitas Jenazah Korban Pabrik Mercon

Pasalnya, semua jenazah yang ada dan dibawa ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati berada dalam kondisi hangus hingga sulit diidentifikasi secara kasat mata.

Dari 47 kantong jenazah yang ada, Tim Disaster Victims Identification (DVI) RS Polri baru bisa mengidentifikasi satu jenazah.

Identifikasi jenazah tersebut menggunakan metode pengecekan gigi dan pemeriksaan rekam medis yang diberikan anggota keluarga melalui dokumen kepada Tim DVI RS Polri.

"Kami bersyukur hari ini telah bisa mengidentifikasi satu korban. Namanya Surnah, kelahiran 8 Mei 2003, warga Kampung Salembaran, Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang," kata Ketua Tim DVI RS Polri Kombes Pramujoko, di Posko Ante Mortem RS Polri, Jumat (27/10/2017).

Jenazah Surnah, diakui Pramujoko mengalami luka bakar maksimal sehingga tak bisa lagi diidentifikasi melalui sidik jari.

Oleh sebab itu, pemeriksaan gigi dan rekam medis menjadi jalan untuk bisa mengidentifikasi gadis 14 tahun tersebut.

Baru bekerja satu bulan

Surnah merupakan satu dari sekian pekerja pabrik mercon yang menjadi korban ledakan. Di usianya yang masih belia, Surnah sudah harus bekerja di sana dan meregang nyawa dengan cara tragis.

"Anak saya baru kerja sebulan di sana. Kerjanya ngepakin kembang api," kata ibunda Surnah, Tuti lirih ketika tengah berada di dalam mobil jenazah.

Tak banyak hal bisa diketahui tentang bagaimana Surnah menjalani pekerjaan di pabrik milik PT Panca Buana Cahaya Sukses tersebut lantaran Tuti lebih banyak diam ketika mendapatkan jenazah anak gadisnya itu.

Tadi malam, jenazah Surnah telah diserahkan ke Tuti dan rencananya akan dimakamkan di daerah Kosambi pada hari ini atau Sabtu (28/10/2017).

"Dimakamin di daerah situ, dekat rumah (Kosambi) juga. Rencananya Sabtu dimakaminnya," ucap Tuti kepada pewarta.

Kemudian, terkait identifikasi jenazah lainnya, Pramujoko mengimbau bagi seluruh anggota keluarga agar bisa lebih banyak membawa dokumen yang secara spesifik membantu pekerjaan Tim DVI.

Adapun dokumen-dokumen yang dimaksud adalah tak hanya kartu keluarga dan KTP, melainkan juga foto-foto korban.

"Kami harap para anggota keluarga segera memberikan lebih banyak data ante mortem (terkait korban) sehingga ke depan kami bisa mengidentifikasi lebih banyak lagi karena mau seteliti apapun selama tidak ada data ante mortem dari keluarga korban tidak ada gunanya," tutur Pramujoko.

Kebutuhan Tim DVI atas data tersebut dikatakan Pramujoko sangat penting. Pasalnya, kondisi jenazah yang dibawa ke RS Polri dalam keadaan hangus dan hanya menyisakan tulang dan gigi.

"Kondisi korban yang sudah jadi arang bergantung dari data gigi. Kami berharap keluarga korban dan rekan-rekan terdekatnya bisa memberikan foto-foto, terutama yang menampakkan giginya," ungkap dia.

Dari kondisi yang ada sekarang, 80 persen kondisi gigi dari semua jenazah masih bisa diidentifikasi, jika data yang diberikan keluarga memadai.

Selain menggunakan data gigi, pihaknya mengambil sampel DNA dari keseluruhan jenazah untuk dicocokkan dengan anggota keluarganya.

"Selain gigi, kami juga andalkan pemeriksaan DNA yang 2-3 hari ke depan baru ada hasilnya," ujarnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/10/28/09071841/upaya-tim-dvi-ungkap-identitas-jenazah-korban-pabrik-mercon

Terkini Lainnya

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke