Sebelum peristiwa itu, Anwari ternyata sudah dikenal sebagai pembuat masalah di tempat kerjanya.
Kepala Urusan Hubungan Masyarakat Rumah Sakit dr Suyoto, Rokhman, mengatakan beberapa hari sebelumnya, pada 4 Oktober 2017 lalu, pihak rumah sakit akhirnya melaporkan Anwari ke polisi. Aksinya pada hari itu dianggap sudah kelewat batas.
"Satpam kami dipukul dan ditodong pistol, itu sudah bukan urusan kedokteran, sudah kriminal murni," ujar Rokhman kepada Kompas.com, Selasa (1/11/2017).
Rokhman tidak mengetahui persis apa masalah Anwari dengan satpam itu. Ia sempat mendengar Anwari mengamuk lantaran ada pasiennya yang memberi uang tip ke satpam itu. Anwari pun tak diperkenankan bekerja di rumah sakit militer itu lagi.
Rokhman menyebut beberapa kali Anwari sempat menghubungi, datang, bahkan berniat menemui direktur rumah sakit, namun diabaikan karena Anwari adalah sosok yang bermasalah. Karirnya di rumah sakit hanya sebentar saja.
"Dari para dokter yang praktek menyimpulkan ada gangguan kejiwaan. Dilihat dari perilakunya ya. Perlaku itu kok nggak jera padahal usia sudah tua begitu," ujar Rokhman.
Setelah penodongan satpam di RS dr. Sutoyo, dan aksi koboi di Gandaria City, Anwari ditangkap pada 7 Oktober.
Namun beberapa hari kemudian ia dilepaskan karena mengajukan penangguhan penahanan. Saat dilepas itu lah, Anwari sempat kembali ke rumah sakit di bilangan Bintaro itu.
"Dia sempat balik lagi nyariin satpam kami, cuma kami enggak keluarin, kami suruh balik lagi," ujar Rokhman.
Pukuli Ketua RT
Tak berapa lama, kisah serupa muncul dari Jalan Cempaka yang terletak di kawasan Bintaro juga. Subagyo, Ketua RT Jalan Cempak menceritakan pengalamannya ditodong senapan angin oleh Anwari pada 28 Oktober 2017.
Awalnya, Subagyo menerima telepon dari seorang warganya bernama Adi yang bekerja di bengkel di Jalan Cempaka.
"Ada lah anak bengkel yang minta tolong telepon saya. Nah setelah itu, saya lari lah ke bengkel. Setelah di bengkel terjadi lah itu si dokter dan anak bengkel (cek-cok)," kata Subagyo.
Adi meminta tolong kepada Subagyo sebab ponselnya dirampas oleh Anwari. Subagyo sendiri kurang tahu apa yang menyebabkan keduanya berselisih. Saat berusaha melerai, ponsel Subagyo bunyi dan ia mengangkat telepon.
Anwari mengira Subagyo tengah menelepon polisi, ia pun langsung agresif berusaha merebut ponsel Subagyo juga.
"Anwari ngampirin saya mau minta HP. Nah, saya nggak kasih. Dia balik ke mobil, keluarian sebapan laras panjang," ujar Subagyo.
Kata Subagyo, Anwari marah-marah sambil menodongkan senapan itu ke mukanya. Tak gentar, Subagyo malah menantang agar Anwari menembak wajahnya.
Untungnya, gertakan Subagyo hanya membuat Anwari menembak ke udara dua kali dan menembak seng atap bengkel.
Anwari kemudian kembali ke mobilnya, meletakkan senapan itu. Setelah itu, ia berbalik ke Subagyo, berusaha merampas ponsel Subagyo juga. Subagyo tetap bertahan, hingga ia ditempeleng, bajunya ditarik-tarik, dan didorong-dorong.
Setelah berseteru dan Anwari tancap gas dengan mobilnya, Subagyo menelepon Kapolsek Pesanggrahan meminta bantuan, takut-takut Anwari kembali. Oleh Kapolsek Pesanggrahan Kompol Eko Mulyadi, Subagyo diminta untuk membuat laporan di Mapolsek.
Tak disangka, Anwari yang dilaporkan itu malah menyusul ke Mapolsek Pesanggrahan. Namun, bukannya menyelesaikan masalah, Anwari malah berteriak-teriak menuduh dirinya telah dipukuli oleh Subagyo hingga giginya copot.
"Nah, ketika itu saya dipukulin di depan polisi, di kantor Polsek. Dipukulin tiga kali, bibir saya pecah, mulut saya bengkak," kata Subagyo.
Polisi pun mengantarkan Subagyo untuk visum. Anwari saat itu juga langsung ditahan kedua kalinya atas tuduhan penganiayaan. Ia sempat melancarkan aksinya itu lantaran penahanannya ditangguhkan oleh Polres Metro Jakarta Selatan. Subagyo berharap, polisi tak melepasnya lagi.
"Kasih hukuman yang setimpal, harapan kami jangan sampai terulang lagi hal seperti ini," ujar Subagyo.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/02/10323541/kelakuan-anwari-todong-satpam-rs-pakai-pistol-dan-pukuli-ketua-rt