Apalagi, tipe pesawat ini sama dengan pesawat yang digunakan polisi saat mengintai kapal bermuatan 1,6 ton sabu beberapa waktu yang lalu.
Pilotnya pun spesial. Namanya AKBP Audie Latuheru yang saat ini menjabat Wakil Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya. Ia adalah satu-satunya penyidik di Indonesia yang juga sebagai pilot berlisensi Airbus.
Pada Sabtu (17/3/2018), Kompas.com berkesempatan terbang bersama Audie dengan pesawat fixed wings jenis Cessna 172 milik Alfa Flying Club. Cessna merupakan pesawat sayap tetap empat kursi dan bermesin tunggal.
Audie mengatakan, pesawat jenis Cessna ini menjadi pesawat andalan di sekolah penerbangan di hampir seluruh dunia.
Dengan demikian, hampir semua pilot pernah merasakan belajar menerbangkan pesawat dengan jenis ini.
Pesawat ini dirancang agar mudah terbang dan bisa mendarat dalam kondisi yang tak terlalu ideal.
Itulah sebabnya pesawat jenis ini dipilih untuk melakukan pengintaian kapal bermuatan narkoba beberapa waktu lalu.
Tidak hanya Audie, hari itu kami juga ditemani satu-satunya polisi wanita (polwan) di Indonesia yang mengendalikan helikopter, Bripka Indria Pujiastuti, sebagai kopilot. Tak sembarang pilot dapat menerbangkan pesawat jenis ini.
"Kalau ingin menerbangkan Cessna, seorang pilot harus punya rating atau melalui pendidikan formal dan memiliki lisensi menerbangkan pesawat Cessna. Indria ini kopilot helikopter, tetapi dia punya rating Cessna, jadi dia dan saya diizinkan mengendalikan pesawat ini," ujar Audie.
Kami pun terbang...
Kami terbang dari Bandar Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, sekitar pukul 10.00. Beruntung, saat itu cuaca cerah sehingga tak menganggu penerbangan kami.
Pesawat yang kami tumpangi telah siap di lintasan. Sebelum terbang, Audie dan Indria melakukan prosedur pre-flight check.
Ada sejumlah daftar yang harus dibaca dan dipraktikkan untuk memastikan kondisi pesawat layak terbang.
"Meskipun sudah terbiasa terbang, ada sejumlah daftar yang harus selalu kami read and do (baca dan lakukan) sebelum terbang. Namun, ada beberapa daftar juga yang harus kami ingat. Ini untuk memastikan keamanan saat terbang nantinya," kata Audie.
Setelah pre-flight selesai, kami mulai masuk badan pesawat. Kami harus menggunakan seatbelt dan headphone yang tersedia di sana.
"Headphone ini sangat penting karena naik pesawat kecil sama saja kita duduk di atas mesin pesawat, jadi berisik sekali dan membahayakan telinga. Dengan headphone ini nantinya kita juga bisa berkomunikasi dengan mudah saat berada di ketinggian," kata Indria.
Setelah semua siap, mesin pesawat pun dinyalakan. Dan, petualangan dimulai....
Saat pesawat tinggal landas, sensasinya sangat luar biasa. Jantung kami dibuat berdegup kencang.
Tak perlu melongok terlalu jauh, menengok ke kanan dan kiri saja kita sudah bisa melihat pemandangan luar dari ketinggian. Cukup memacu adrenalin kami.
Kali ini kami terbang menyusuri kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat. Pemandangannya cantik sekali.
Hamparan sawah, danau, dan rumah-rumah warga menjadi pemandangan apik yang mungkin sudah jarang kita temui di Ibu Kota.
Sesekali Audie dan Indria melakukan manuver dengan memiringkan pesawat yang membuat perut kami seakan-akan diaduk-aduk.
"Bagaimana belakang? Aman? Kita coba main-main (manuver pesawat), ya," kelakar Audie.
Di dalam pesawat, tak ada pendingin ruangan. Namun, selama penerbangan, jendela pesawat memungkinkan untuk dibuka.
Kami berkeliling sekitar 30 menit. Kami pun kembali mendarat di Bandar Udara Pondok Cabe. Luar biasa rasanya....
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/20/11322731/sensasi-terbang-dengan-pesawat-intai-polisi-di-langit-jakarta