Salin Artikel

Menengok Sepinya Lokbin PKL di Jakarta yang Menanti Pembeli...

Lokbin yang didirikan untuk menampung PKL di Kota Tua itu mempunyai fasilitas yang cukup baik. Sebut saja tenda-tenda besar yang memayungi pedagang dan pengunjung dari terik matahari hingga toilet dan mushala yang terawat rapi.

Namun, nasib para pedagang Lokbin Kota Intan tak seindah fasilitas di sana. Para pedagang mengeluhkan penurunan jumlah pengunjung sejak awal Januari 2018. Akibatnya, banyak pedagang di sana yang menutup lapaknya.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, jumlah kios yang beroperasi tidak mencapai setengahnya. Jumlah pengunjungnya pun bisa dihitung dengan jari. Para pedagang terlihat asyik mengobrol di meja-meja karena tidak mempunyai konsumen untuk dilayani.

Kamis (1/3/2018) lalu, Kompas.com bertemu dengan Amel, seorang pedagang pecel ayam yang mengaku belum mendapat pelanggan sejak dua hari terakhir.

"Dari tahun baru ke sini selalu sepi. Dari kemarin saja belum melayani (pembeli). Bahan-bahan makanannya terpaksa dibuang," kata Amel.

Ia mengatakan, penghasilannya jauh berkurang saat berjualan di lokbin. Pendapatannya sebagai pedagang di Lokbin disebut tidak mencapai setengah pendapatannya saat berdagang sebagai PKL di Kota Tua.

Ajeng, pedagang minuman di Lokbin Kota Intan, menuding menjamurnya PKL di Kota Tua sebagai penyebab sepinya Lokbin. 

"Semuanya (pembeli) sudah ketahan di sana, ngapain mereka jauh-jauh ke sini," katanya.

Ia pun menantikan ketegasan dari Pemerintah untuk menertibkan para PKL. Ia menuturkan, Pemerintah saat ini sudah tidak setegas dahulu dalam menindak para PKL

"Liat saja sekarang nanti habis Maghrib pasti banyak PKL di jalanan. Kalau dulu baru sedikit muncul saja langsung diangkut, sekarang kayak dibiarkan saja," kata Ajeng.

Lokbin Pasar Minggu

Lokbin Pasar Minggu di Jakarta Selatan rupanya mempunyai nasib yang sama dengan Lokbin Kota Intan. Ketika Kompas.com mengunjungi Lokbin Pasar Minggu pada Selasa (20/3/2018) nyaris tidak ada pengunjung yang datang.

Hampir setengah kios pun tak beroperasi, secarik kertas bertuliskan "Tutup" tertempel di depan kios. Sejak dibuka pada April 2017, Lokbin tersebut terus sepi pembeli.

Suparti, seorang pedagang, mengatakan lokasi  Lokbin Pasar Minggu yang terletak di belakang pasar dan terminal Pasar Minggu membuat orang malas berkunjung ke sana.

"Ini kalau kulinernya harusnya kan di depan. Dari awal sudah salah penataan. Ini di belakang, samping sampingnya warga yang masak sendiri," katanya.

Sepinya Lokbin Pasar Minggu ikut berimbas pada kondisi ekonomi para pedagang. Sejumlah pedagang mengaku belum balik modal, Suparti salah satunya.

Pedagang naai itu sampai harus mengurangi belanja bahan makanan untuk menekan pengeluaran.

"Saya pusing, dari April (2017) sudah habis (keluar uang) Rp 9 juta, enggak balik modal," katanya.

Hal senada diungkapkan oleh Handayani. Pedagang minuman ini sampai harus berjualan berkelilin kawasan Pasar Minggu untuk memperoleh pembeli.

"Dagang di lokbin ini kalau enggak ngiderya enggak dapat duit. Kalau pagi saya ngider, jual aqua (air kemasan), kopi," kata Handayani.

Para pedagang mendengar informasi Lokasi Binaan Pasar Minggu akan dikelola koperasi OK OCE mulai April ini. Mereka berharap, lokasi binaan itu menjadi ramai pembeli nantinya.

Masalah lokasi dan variasi

Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah DKI Jakarta Irwandi mengakui sepinya Lokbin Kota Intan. Namun, ia membantah bila Lokbin Pasar Minggu terbilang sepi.

Menurutnya, dari 12 Lokbin yang ada di Jakarta, Lokbin Kota Intan adalah satu-satunya yang sepi pengunjung.

"(Lokbin) Pasar Minggu rame, rame pengunjung itu pasar ratusan orang kok dibilang sepi. Nggak ada, cuma (Lokbin) Kota Intan doang (yang sepi)," kata Irwandi saat dihubungi, Selasa (3/4/2018).

Irwandi mengatakan, sepinya Lokbin Kota Intan disebabkan oleh faktor lokasi dan variasi dagangan. Ia menyoroti jenis-jenis makanan di sana yang menurutnya tidak menarik.

"Kami sudah beri penyuluhan tolong dong diperbaharui makanannya dan dagangannya nanti kalau enggak mau kami akan paksa juga untuk diganti," kata Irwandi.

Keberadaan kafe di kawasan Kota Tua juga dianggap memberatkan persaingan. Menurutnya, wisatawan akan memilih mengisi perut di kafe-kafe tersebut ketimbang di Lokbin Kota Intan.

Ke depannya, Irwandi berencana mengalihkan komposisi dagangan di Lokbin Kota Intan untuk fokua ke penjualan souvenir jelang Asian Games 2018 pada Agustus mendatang.

"Kami hanya suruh ganti dagangannya gitu. Kalau untuk keluar kan enggak boleh, kami juga enggak boleh sekejam itu. Kami suruh ganti, kalau dia enggak mau ganti, enggak mau ikutin aturan kita, ya terpaksa (akan ditindak)," katanya.

Irwandi pun mencontohkan Lokbin Meruya yang ramai pengunjung karena variasi dagangannya.

"Di Meruya itu memang pasar, dagangannya macem-macem, ada ember segala macem. Kayak pasar banget," katanya.

Pada akhirnya, pedagang Lokbin hanya bisa berharap lapak-lapaknya dapat segera diserbu pengunjung dan statusnya tidak lagi hidup segan mati tak mau.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/04/04/12021061/menengok-sepinya-lokbin-pkl-di-jakarta-yang-menanti-pembeli

Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke