Salin Artikel

Warga Keluhkan Semrawutnya Trotoar di Kramat Jati

JAKARTA, KOMPAS.com - Masalah Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan di badan trotoar untuk wilayah Jakarta Timur, bukan hanya di Jatinegara saja, tapi juga di kawasan Pasar Induk Kramat Jati.

Banyak PKL yang semrawut menjajakan dagangannya di badan trotoar, khususnya di Jalan Raya Bogor, depan Pasar Induk Kramat Jati.

Dari pantauan Kompas.com di lokasi, Selasa (17/4/2018), beberapa pedagang yang rata-rata menjajakan buah, nampak menggunakan badan trotoar untuk berjualan. Akibatnya, tidak ada ruang tersisa untuk berjalan kaki.

Hal ini kemudian dikeluhkan oleh warga yang biasa memanfaatkan trotoar di kawasan tersebut.

"Sebenarnya ngga masalah dagang, tapi harusnya disediain tempat. Kita habis belanja, mau ke halte jalan susah, mau ngga mau jalan di pinggir jalan begini," kata Ratna, sehabis berbelanja di Jakgrosir Pasar Induk, Jakarta Timur, Selasa (17/4/2018).

Kondisi trotoar yang diduduki sejumlah PKL itu memang memprihatinkan, karena ruang untuk pejalan kaki hampir 80 persen tidak bisa digunakan.

Dampaknya, keselamatan pengguna trotoar terancam karena harus berjalan di sisi jalan raya, karena hampir setiap beberapa meter sekali trotoar dikuasai pedagang buah.

"Kesenggol spion angkot sih sering, namanya kita jalan di pinggir jalan raya, apalagi kalau bawa belanjaan dari pasar, repotkan," ucap Suherman, yang sedang mengatar istrinya berbelanja untuk kebutuhan warungnya.

Bukan hanya di area pasar induk, pemandangan serupa juga terjadi di Pasar Kramat Jati dekat Rumah Sakit Polri, hingga depan Lippo Mall Krmat Jati. PKL di lokasi ini dinilai lebih parah semrawutnya.

Selain minim trotoar, para pedagang dan parkir liar juga terlihat mendominasi. Suasana ini membuat pengunjung kesulitan berjalan, dan sering menimbulkan kemacetan.

"Sudah dari dulu begini, susah ditatanya. Pemerintahnya juga diam saja, ngga ada gerakan mengatur," kata Dede, warga Cimanggis, yang sedang menunggu angkot.

Kesemrawutan makin parah saat malam hari, karena hampir setiap hari ruas jalan dijadikan arena dadakan berjualan ikan dan sayur mayur. Parahnya lagi, bau amis ikan jarang dibersihkan, sehingga udara saat pagi dan siang hari sangat tidak sedap.

"Dibersihin tapi cuma disapu-sapu aja, harusnya sekalian disiram karbol biar ngga bau anyir, karena bekas sisik-sisik ikan itu banyak sekali," kata Ika pengguna jalan lainnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/04/17/16340141/warga-keluhkan-semrawutnya-trotoar-di-kramat-jati

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke