Rumah singgah tersebut bernama Al Barkah. Letaknya di akses keluar bus antarkota antarprovinsi (AKAP), atau dekat dengan gardu listrik.
Rumah singgah ini dibuat untuk memberikan perlindungan serta edukasi bagi anak-anak tersebut.
Sosok di balik rumah singgah tersebut adalah Raden Supardi atau pria yang akrab disapa Bang Nur.
Berangkat dari semangat ketiadaan tanpa memiliki bekal pendidikan yang cukup tinggi, ia bertekad untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak remaja di Terminal Kampung Rambutan.
"Saya ini orang kampung, orang pedalaman. Aslinya saya lulusan SD itu pun tidak ada ijazahnya, jadi minim pendidikan umum dan agama juga Bang," Supardi ketika ditemui Kompas.com di rumah singgahnya, Senin (18/6/2018).
Menurut Bang Nur, inisiatifnya membangun rumah singgah didasari oleh pengalaman pahit yang menimpa salah satu anggota keluarganya.
Ia menduga, keponakannya tersebut hilang menjadi korban perdagangan manusia pada 10 tahun silam.
Bahkan, menurut dia, ada oknum aparat yang memintanya menyediakan uang untuk mencari keponakannya tersebut.
"Keponakan saya itu hilang, awalnya dibujuk menjadi pembantu rumah tangga (PRT) tapi sampai saat ini tidak ada kabarnya. Dari situ saya ingin memberikan wawasan lebih pada generasi saat ini, terutama untuk anak-anak di areal terminal ini," ujar dia.
"Cukup keluarga saya saja yang menjadi korbanya dulu," kata Bang Nur.
Tidak hanya itu, pengalaman asam garam kehidupan terminal dan pergaulan hitam yang pernah dijalaninya dulu juga membentuk tekadnya untuk memberikan sesuatu yang lebih bagi anak-anak terminal saat ini.
Hasil swadaya
Bang Nur bercerita, ia membangun rumah singgah Al Barkah awalnya di area luar terminal.
Namun, setelah menjadi korban gusuran beberapa waktu lalu, ia memberanikan diri meminta izin kepada Kepala Terminal Luar Kota Kampung Rambutan yang dijabat oleh Emiral August Dwinanto untuk membangun rumah singgah di dalam terminal.
"Alhamdullilah niat baik saya diterima, saya sangat berterima kasih kepada Kepala Terminal beserta jajaranya," katanya.
Singkat cerita, Emiral memberikan izin untuk membangun rumah singgah di area yang dulunya tidak terurus dan kerap dijadikan kegiatan negatif.
Tidak hanya itu, Emiral ikut memberikan beberapa kebutuhan mengajar, mulai dari meja, alat tulis, sampai buku-buku pendidikan.
Ketika ditemui Kompas.com, Emiral mengaku tergugah akan apa yang dilakukan Bang Nur.
"Jarang orang seperti dia yang punya jiwa sosial tinggi. Apalagi ini urusanya untuk memberikan perlindungan dan edukasi bagi anak-anak di terminal" ujar dia.
Menariknya lagi, keberadaan rumah singgah juga seakan menjadi selter bagi mereka yang dulunya ikut tergusur dan menggantungkan rezeki di area terminal seperti para pengamen.
Bang Nur pun mampu merangkul mereka untuk sama-sama menjaga keamanan lingkungan terminal.
Sukarela
Anak-anak yang di rumah singgah tidak hanya mendapat ilmu pendidikan. Mereka juga mendapatkan pembekalan keagamaan.
Untuk pengajarnya, ada tenaga ahli yang mau membagi pengetahuannya tanpa dibayar.
Dalam mengelola rumah singgah, Bang Nur menyisihkan sebagian penghasilannya. Ia juga mengumpulkan sumbangan dari rekan-rekannya yang mengamen.
"Maaf kata, dari awal saya enggak pernah bersurat atau membuat proposal meminta bantuan sana-sini, sekuat saya saja dan bantuan teman-teman di sini," kata dia.
Belum lagi bila pihak yang berniat membantu tersebut menanyakan soal data anak-anak yang ada di rumah singgahnya.
"Kalau diminta keterangan soal anak-anak di sini, itu kan susah. Artinya kita juga enggak tahu data ibunya di mana, bapaknya di mana, karena anak-anak ini dari mana saja, kita enggak bisa ngarang-ngarang untuk itu. Kalau ada yang mau bantu, lebih baik datang langsung dan lihat sendiri apa yang dibutuhkan," paparnya.
Tidak hanya itu, bersama para musisi jalanan, Bang Nur juga banyak membuat lagu yang menceritakan realita kehidupan.
Melalui karyanya berupa lagu-lagu, ia berharap bisa mendapatkan hasil lebih banyak untuk membiayai rumah singgahnya.
"Harapan kami hanya dari karya kami bersama rekan-rekan di sini. Dengan karya, kami harap bisa memberikan kami masukan lebih untuk memenuhi keperluan di sini," ucap Bang Nur.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/06/21/17181181/rumah-singgah-anak-jalanan-di-tengah-kerasnya-kehidupan-terminal