Penambahan rute dan penumpang itu dihadapkan dengan masalah ketidaksiapan prasarana.
Masalah ini terlihat jelas di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, yang menjadi halte pertama Transjakarta ketika beroperasi pada 2004.
Didirikan pada 1992 di era Gubernur Wiyogo Atmodarminto, Terminal Blok M adalah kerja sama build operate transfer (BOT) Pemprov DKI Jakarta dengan PT Langgeng Ayom Lestari.
Di atas tanah seluas 3,5 hektar, PT Langgeng Ayom Lestari membangun mal bawah tanah pertama yang dikenal sebagai Mal Blok M.
Di atasnya, dibangun terminal dengan enam lajur untuk bus kota ke berbagai penjuru Jakarta.
Mal Blok M kala itu masih ramai karena pasti dilalui penumpang yang naik turun bus.
Blok M menjadi titik transit dan titik temu bus-bus kota yang pada dua dekade lalu masih berjaya.
Pada 2004, Terminal Blok M pun dipilih sebagai titik awal pengoperasian layanan transjakarta.
Bus-bus koridor 1 Blok M-Kota mendapat jalur 1.
Selama lebih dari satu dekade, pengoperasian koridor 1 di terminal ini baik-baik saja.
Masalah itu muncul...
Hingga pada 2016, PT Transjakarta membuka rute-rute baru dengan bus pengumpan yang melintasi jalan-jalan non-koridor.
Kemudian pada Agustus 2017, PT Transjakarta menambah satu koridor, yakni koridor layang 13 dengan titik akhir Terminal Blok M.
Di hari pertama pengoperasiannya, bus sedang koridor 13 Ciledug-Blok M harus berbagi lajur dengan koridor 1 Blok M-Kota.
Masalah muncul karena padatnya antrean bus koridor 1 yang menghambat perjalanan bus koridor 13.
Waktu tempuh Ciledug-Blok M yang hanya 20 menit, harus ditambah 10 menit hanya untuk turun di terminal.
Pengambilalihan lajur ini sempat berbuah drama di lapangan.
Beberapa kali, bus-bus besar, Kopaja, hingga Metro Mini, iseng memblokade akses jalur dua.
Pihak Transjakarta tidak berani menegur mereka karena takut adanya eskalasi gesekan.
Belakangan, masalah ini diatasi dengan memasang movable concrete barrier (MCB) untuk membatasi akses jalur transjakarta dengan bus lainnya.
Masalah lainnya muncul tiga bulan kemudian...
PT Langgeng Ayom Lestari menyurati Dinas Perhubungan dan PT Transjakarta soal kerentanan jalur dua.
Pengoperasian bus gandeng maupun padatnya laju bus single dikhawatirkan membuat rentan konstruksi.
Di lajur ini, bus masuk bergantian dan mengantre dengan jarak jauh, yang otomatis menambah waktu tunggu.
Tak nyaman
Menunggu di Terminal Blok M bukanlah hal yang nyaman.
Terminal yang mulai kumuh itu dirancang dengan peron-peron panjang dan sempit, hanya sekitar empat meter lebarnya.
Belum lagi warung-warung di sepanjang peron yang mempersempit akses.
Ketika hujan turun, penumpang yang antre bergeser ke pagar dan menghalangi penumpang bus lain yang ingin lewat.
Kondisinya yang tidak sama dengan jalur 1 yang punya peron khusus, membuat ketinggiannya sejajar dengan jalan dan penumpang hanya bisa naik dari pintu depan tempat sopir.
Namun, tak ada pilihan lain.
Tambah trayek
Terminal Blok M sudah jadi titik transit andalan warga Ibu Kota.
PT Transjakarta justru menambah trayek dari Terminal Blok M, dan pada 2018, mulai mengokupasi jalur tiga.
Hingga Juni 2018, tercatat ada 11 rute transjakarta yang beroperasi di Terminal Blok M.
Di jam-jam sibuk, terlihat betapa repotnya penumpang harus naik turun tangga Terminal Blok M, berlari mengejar bus, hingga menunggu di tengah kebulan asap bus kota yang sudah tidak laik jalan.
Andika, salah satu pekerja di bilangan Senayan, Jakarta Selatan, menceritakan ketidaknyamanannya menggunakan rute 13A Ciledug-Blok M dan koridor 1 Blok M-Kota.
"Kalau di halte transjakarta yang lain, kan, enak jadi satu peron untuk naik dan turun, jadi tinggal jalan sedikit saja. Cuma kalau di Blok M, kan, tempat naik dan turun beda, jadi susah banget transitnya," kata Andika.
Ketika pulang kerja malam hari, Andika memang tidak menghadapi macet karena naik transjakarta.
Namun, setiba di Terminal Blok M, kemacetan sesungguhnya terasa.
Sementara penumpang yang transit dan tidak ingin membayar dua kali, harus menunggu sampai bus maju ke peron naik.
Andika kemudian turun tangga ke bawah dan naik lagi untuk bisa mengakses jalur dua.
"Waktu koridor 13 cuma sampai jam 19.00, nyesek banget rasanya kejebak di dalam bus enggak bisa turun dan cuma lihat bus terakhir jalan," kata dia.
Hal yang sama terjadi di jalur dua.
Meski aksesnya yang sejajar dengan jalan kadang menyebalkan, tetapi ketika sedang terburu-buru, kondisi ini cukup menolong.
Penumpang bisa turun di peron kedatangan, kemudian berlari menyelip pidah ke peron kedatangan tanpa perlu transit di bawah.
Desain tidak ramah
Dengan kondisi ini, jelas tidak memungkinkan bagi penumpang difabel untuk mengakses Terminal Blok M.
Beberapa kali penumpang berkursi roda dan bertongkat harus digendong naik turun tangga Terminal Blok M hanya untuk pindah bus.
Direktur Operasional PT Transjakarta Daud Joseph mengakui konstruksi dan desain Terminal Blok M tidak mendukung.
Ia menyadari dulu belum ada kesadaran pentingnya membuat sarana dan prasarana yang ramah difabel.
"Desain turun naik memang tidak ideal dan tidak recommended karena orang sulit. Kedua, buat yang berkebutuhan khusus, ini tidak friendly," ujar dia.
Namun, tidak ada yang bisa dilakukan PT Transjakata sebagai operator di sana.
Joseph mengatakan, ia sudah mengusulkan agar adanya pemugaran terminal dengan desain dan akses yang lebih ramah.
Berbenah untuk Asian Games
Terminal Blok M kini masuk dalam daftar pekerjaan rumah Pemprov DKI untuk dibenahi.
Pasalnya, kawasan Melawai yang satu kompleks dengan Terminal Blok M diprediksi bakal dipadati tamu negara.
Meski tidak bisa mengubah konstruksi maupun keadaan secara signifikan, beberapa perbaikan mulai dilakukan.
Salah satu yang sudah dilakukan, tembok Terminal Blok M yang menjadi akses transit sudah dicat ulang dan dihiasi mural.
Wajah muram dan kumuh kini menjadi lebih cerah dengan goresan seni.
Selain itu, Arifin juga meminta PT Langgeng Ayom Lestari agar memfungsikan kembali pengeras suara di sekitar terminal.
PT Langgeng juga diminta berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Energi terkait penerangan kawasan terminal.
"Kami minta PT Langgeng Ayom Lestari berperan aktif dalam menciptakan lingkungan terminal yang terawat, asri, dan nyaman dalam rangka menyukseskan Adipura tahun 2018 serta untuk menyambut Asian Games 2018," ujar Arifin.
Semoga harapan pengguna angkutan umum, khususnya transjakarta dapat segera terwujud di terminal tua ini...
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/06/30/21484311/terminal-blok-m-halte-transjakarta-andalan-dengan-segala