Salin Artikel

Ketiadaan IPAL dan Sungai-sungai yang Tercemar di Jakarta

Kepala Dinas Sumber Daya Air Teguh Hendrawan menyatakan, pengadaan IPAL di Jakarta kini menjadi sebuah kewajiban agar masalah Kali Item tidak terulang pada sungai-sungai lainnya.

"Limbah-limbah industri rumah tangga buang semua ke sini (Kali Item), kami enggak tahu juga kalau gedung-gedung tinggi pun buang (limbah) kemari. Makanya yang menjadi kebutuhan dasar pembangunan IPAL komunal sanimas (sanitasi berbasis masyarakat) itu harus segera direalisasikan," kata Teguh di Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (30/7/2018).

Teguh menyebut, ada 2,5 juta penduduk kurang mampu di Jakarta yang membutuhkan IPAL. IPAL dibutuhkan agar air bawah tanah tidak tercemar bahan-bahan beracun seperti bakteri e coli.

Teguh menargetkan, pada tahun 2018 sedikitnya ada 10 unit IPAL yang dibangun di wilayah DKI Jakarta.

Namun, Teguh mengaku ketersediaan lahan di Jakarta menjadi hambatan dalam pengadaan IPAL. Hal itu belum ditambah dengan pengertian warga tentang pentingnya IPAL.

"Permasalahannya klasik, menyangkut masalah ketersediaan lahan. Masyarakat mungkin belum terlalu memahami manfaat ini, jujur di Jakarta masih banyak jamban ke kali-kali," kata Teguh.

Oleh sebab itu, ke depannya Pemprov DKI akan membangun IPAL di atas aset-aset milik Dinas Sumber Daya Air untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan.

Teguh menyebut, satu unit IPAL hanya membutuhkan lahan seluas 400 meter persegi dan sudah bisa mengolah limbah dari 150 Kepala Keluarga.

"Untuk pembangunan terkait masalah lahan, saya akan bangun (IPAL) di waduk, situ, embung yang (merupakan) aset Dinas SDA, termasuk juga rumah pompa pintu air yang kami miliki. Nah ini akan kami uji cobakan 2019 mudah-mudahan bisa terealisasi," ujarnya.

Lahan-lahan lain milik pemerintah seperti kantor kelurahan, kecamatan, dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) juga bisa dimanfaatkan sebagai IPAL.

"Kalau (pakai) lahan warga susah, enggak bakal mau, beli juga susah. Ini yang jadi pemikiran bersama," kata Teguh.

Sebelumnya, pakar tata air Universitas Indonesia Firdaus Ali menyebut pembangunan IPAL menjadi salah satu solusi dari masalah pencemaran di Kali Item.

Firdaus mengatakan, dengan dibangunnya IPAL, air yang bercampur dengan limbah bisa diolah, sehingga air kotor yang terlihat saat ini di kali tersebut bisa menjadi air dengan baku mutu yang lebih baik.

"Dalam jangka panjang, restorasi air sungai, waduk, itu pertama dilakukan ya stop inputnya dulu yaitu dengan membangun IPAL yang bisa sifatnya kolektif, komunal, atau semi komunal," ujar Firdaus, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (27/7/2018).

Selain sepuluh IPAL Komunal, Pemprov DKI Jakarta juga akan membangun 44 IPAL sanitasi berbasis masyarakat (sanimas) dengan kapasitas untuk limbah 50-100 KK.

"Pembangunan IPAL komunal itu dilakukan 10 tiap tahun. IPAL sanimas (dibangun) di 44 lokasi," ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (24/7/2018).

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/31/06372701/ketiadaan-ipal-dan-sungai-sungai-yang-tercemar-di-jakarta

Terkini Lainnya

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke