Menurut Rahmat, anggaran yang digunakan berasal dari dana corporate social responsibility (CSR) pengembang apartemen yang sedang dibangun di kawasan Pejaten Barat.
"Kami minta bantuan CSR dari apartemen yang sedang proses pembangunan di Buncit sama pengusaha toko kaca. Kami dapat Rp 2 juta," ujar Rahmat saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/8/2018).
Rahmat menjelaskan, dana Rp 2 juta itu digunakan untuk membeli cat warna-warni. Tidak semua dana habis digunakan.
Oleh karena itu, saat Rahmat mendapat perintah pimpinan untuk mengembalikan warna separator seperti semula, sisa dana itu digunakan untuk membeli semen.
Rabu ini, petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Pejaten Barat mengembalikan warna separator itu ke warna semula dengan disemen.
"CSR Rp 2 juta itu enggak habis (untuk cat warna-warni), sekarang buat semen sisanya," kata Rahmat.
Warna separator pembatas jalur transjakarta itu ditargetkan kembali ke warna semula pada hari ini.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membenarkan separator jalan yang sempat dicat warna-warni di bilangan Pasar Rebo, Jakarta Timur, telah dikembalikan ke warna hitam putih.
Anies mengatakan, keputusan itu diambil atas pertimbangan keamanan.
"Ada ketentuan-ketentuan mengenai marka-marka jalan dan Asisten Pembangunan kemarin menjelaskan bahwa ketentuan tentang marka jalan penting untuk ditaati karena memiliki fungsi tidak hanya untuk estetika tapi juga untuk safety," kata Anies, Selasa (31/7/2018).
Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yusmada Faizal menjelaskan, usulan itu ia sampaikan dengan mengacu pada standar universal.
Menurut Yusmada, separator adalah kelengkapan jalan yang perlu mengikuti kaidah.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/01/12585851/separator-di-pejaten-barat-dicat-warna-warni-dari-mana-anggarannya