Salin Artikel

Kisah Taman Baca Kolong Ciputat, Diremehkan Satpol PP hingga Hidupkan Mimpi Anak-anak

Pasar yang terletak tak jauh dari lokasi itu dan deretan angkot yang mengakhiri tujuannya di titik itu menambah lengkap kesan kurang bersahabat.

Namun, kondisi ini jauh lebih baik setelah ada TBM kolong. Dulu, sebelum ada TBM, kolong flyover kerap jadi tempat kenakalan dan maksiat.

Di sepanjang kolong, banyak anak-anak "punk" dan preman yang memakai narkoba, melakukan tindak asusila dan berbagai kenakalan lainnya.

Kondisi ini yang menggugah dua mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Doni dan Davina, juniornya, pada 2016 silam untuk merintis taman baca ini.

"Efek negatif di sini lebih kelihatan dengan kriminalitas, pembuangan sampah, dan tindakan asusila. Kami merasa bahwa literasi bisa jadi cara untuk menebarkan virus positif, literasi bisa menjadikan tempat ini lebih baik," kata Davina ketika ditemui Kompas.com, Sabtu (1/9/2018).

Awal berdirinya taman baca tersebut tak lepas dari keresahan yang muncul dalam diri segenap pengurus Komunitas FISIP Mengajar. Keberadaan kalangan intelektual UIN belum dirasakan langsung oleh masyarakat Ciputat.

Berangkat dari hal itu, Doni, Davina, dan Komunitas FISIP Mengajar membuat tim yang terdiri dari lima orang. Mereka bertugas mencari lokasi di sekitar wilayah Tangsel.

Dalam pencarian tersebut, Doni dan teman-temannya dipertemukan dengan komunitas kepemudaan sekaligus kelompok penggemar musisi Iwan Fals, OI Tangsel.

OI Tangsel sebelumnya melakukan kegiatan penghijauan dan pembuatan mural di kolong jalan layang tersebut. Proses diskusi yang dilakukan sejak Februari 2016 itu akhirnya membuahkan hasil dengan didirikannya TBM Kolong pada 4 Juni 2016.

Dengan memanfaatkan sebuah ruangan terbengkalai di bawah kolong jalan layang Ciputat, Komunitas FISIP Mengajar menyulap tempat tersebut jadi ramai dengan kegiatan warga membaca dan berkumpul.

Tulisan "Taman Baca Kolong" berukuran besar bernuansa hijau terpampang di bagian atas eks bangunan yang digunakan sebagai tempat dinas Satpol PP.

Selain taman baca, tempat itu juga dilengkapi berbagai macam fasilitas seperti lapangan futsal, saung, dan rumput sintetis uuntuk duduk-duduk. Fasilitas tersebut dibangun Pemerintah Kota Tangsel sebagai bentuk dukungan terhadap Komunitas FISIP Mengajar.

Tak semua pihak senang dengan adanya TBM. Satpol PP saja awalnya mempermasalahkan keberadaannya.

Ketika itu, sempat ada anggota Satpol PP yang langsung masuk ke dalam TBM lalu membuang sampah, puntung rokok sembarangan, serta tidak melepas sepatunya.

Belum lagi kelompok marjinal yang kerap meresahkan masyarakat, masih ingin memanfaatkan ruang di bawah kolong flyover.

"Kolong ini kan lokasi yang sebelumnya dikesankan negatif. Nah ternyata enggak semua bersih karena sudah mendarah daging. Ujung-ujungnya masih sering orang melakukan hal negatif di sini," kata Doni.

Doni menuturkan, setiap harinya masih ada saja sekelompok orang yang tidur-tiduran, nongkrong, pacaran, hingga minum-minuman di area TBM.

Untuk itu, lanjut Doni, pihaknya kini berusaha mendekatkan diri ke komunitas punk yang selama ini menyalahgunakan area TBM. Dengan mendekatkan diri, komunitas punk diharap mampu berperilaku baik di TBM.

"Dengan adanya anak punk di sini memberi gambaran TBM masih negatif. Gimana supaya bersih, kami lakukan pendekatan ke mereka," ujar Doni.

Hidup lebih produktif

Masyarakat, terutama keluarga yang tinggal di sekitar flyover Ciputat, merasa hidupnya lebih produkif dengan adanya TBM.

Nina, misalnya, ibu rumah tangga dengan tiga anak kecil, mulai rutin berkunjung ke TBM sejak Februari 2018 lalu. Anaknya yang masing-masing berusia 11, 5, dan 4 tahun diantarkan hampir setiap hari ke TBM untuk menghabiskan waktu luang.

"Tadinya cuma di rumah aja main-main, tapi di sini kan ada dongeng dan kegiatan kreativitas," kata Nina.

Nina bahkan tak perlu lagi repot-repot menyiapkan biaya untuk bimbingan belajar anaknya. TBM ini menyediakan bimbel gratis bagi anak di setiap jenjang sekolah.

Hal yang sama disampaikan Anggi, ibu rumah tangga dengan anaknya yang baru berusia enam tahun. Tak hanya meningkatkan kemampuan literasi anaknya, Anggi kadang ke tempat ini untuk berkumpul dengan ibu-ibu lainnya.

"Diajakin teman ke sini, awalnya biar enggak jenuh aja, ternyata bermanfaat," ujar dia.

Apalagi, TBM juga menggandeng ibu-ibu untuk membuat kreasi yang bisa dijual dengan sistem bagi hasil. Beberapa kreasi yang dibuat, antara lain bros dan hiasan dari flanel.

Sejak membawa anaknya rutin untuk membaca dan belajar di tempat ini, Anggi mengaku melihat perubahan dalam diri anaknya. Anaknya kini jadi lebih rajin dan aktif berkegiatan bersama teman-temannya.

Dania (9), salah satu anak yang rutin mengunjungi tempat ini, mengaku bercita-cita menjadi juru masak setelah sering dibimbing dan diasuh oleh para mahasiswa UIN.

"Kalau gede mau jadi chef. Diceritain sama kakak-kakak di sini, kerjanya masak-masak," ujar Dania.

Dania yang tadinya hanya main di rumah dan di gang yang sempit, kini memilih berjalan agak jauh untuk bermain. TBM punya banyak fasilitas yang menghibur yang membuat anak-anak betah.

"Setiap hari ke sini, baca buku-buku sama perosotan. Enakan main di sini, temannnya banyak," kata Dania.

Sampai saat ini, lebih dari 1.000 buku ada di TBM Kolong itu. Jumlah tersebut membuat TBM Kolong surplus dan mulai memberikan buku-buku ke taman baca lain yang membutuhkan.

Selain menyediakan buku bacaan dan fasilitas bermain anak, TBM juga menggelar bimbingan belajar setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/10/15/15562041/kisah-taman-baca-kolong-ciputat-diremehkan-satpol-pp-hingga-hidupkan

Terkini Lainnya

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke