"Posisi FDR (Flight Data Recorder) dan CVR tidak terlalu jauh, indikasi sudah ada. Sekarang konfimasi lagi di mana titik yang akan dilakukan penyelaman. Jaraknya enggak sampai 20 meter (jarak sinyal FDR dan CVR)," ujar Ketua Tim Operasi KR Baruna Jaya I SAR Lion Air Tris Handoyo di Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Kapal Riset (KR) Baruna Jaya milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tiba di area yang diduga sebagai lokasi CVR pukul 15.00.
Pantauan Kompas.com, di kapal terdapat dua orang ahli dari Boeing serta petugas KNKT Indonesia dan Singapura yang tampak menyiapkan ping locator guna mencari frekuensi sinyal CVR. Namun, baik dari Boeing maupun KNKT Indonesia dan Singapura enggan memberikan penjelasan.
Tris mengatakan, ping locator digunakan untuk mendeteksi ulang sinyal CVR. Hal itu dilakukan guna mengetahui titik koordinat CVR.
Menurut Tris, saat menemukan FDR hari Kamis (1/11/2018), pihaknya mendapat sinyal kuat keberadaan CVR. Sinyal berjarak di bawah 20 meter dari lokasi penemuan FDR.
Namun, lokasi CVR bisa saja telah bergeser dari lokasi awal sinyal ditemukan. Hal itu disebabkan arus laut yang kuat.
Meski begitu, pihaknya tetap berupaya melacak CVR di titik lokasi awal.
"Kami turunkan pink locator untuk tentukan koordinat. Setelah terkonfirmasi kami akan turunkan Remotely Operated Vehicles (ROV) dan tim penyelam," ujar Tris.
Sebelumnya, sinyal kotak hitam atau black box Lion Air JT 610 yang jatuh pada Senin (29/10/2018), di Perairan Karawang, Jawa Barat, telah terdeteksi.
Sinyal ditemukan oleh Kapal Riset (KR) Baruna Jaya milik BPPT hari Rabu kemarin. Sehari setelahnya, yaitu Kamis, FDR yang merupakan bagian dari black box bisa temukan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/11/02/17100751/kr-baruna-jaya-temukan-sinyal-cvr-dekat-lokasi-penemuan-fdr