Salin Artikel

Warga Keluhkan Lumpur Hasil Pengerukan Situ Pedongkelan yang Dibuang ke Permukiman

Pengerukan situ ini dilakukan pihak Pemerintah Kota Depok dalam rangka normalisasi.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, terlihat situ Pedongkelan dipenuhi sampah.

Terlihat pula lumpur dari pengerukan situ yang berwarna hitam pekat di sekitar rumah warga. Bau amis menyeruak dari situ dan lumpur hasil pengerukan situ tersebut.

Bambang Tamtomo (67), warga yang rumahnya dekat tumpukan lumpur, mengaku kaget ketika rumahnya dikelilingi tumpukan lumpur dari situ Pedongkelan.

“Saya tidak ada di rumah pas awal pengurukan karena di Cipanas, eh tahu-tahunya pas pulang ke rumah, saya lihat rumah saya sudah dipenuhi lumpur. Ada kali 1 hingga 1,5 meter ya kedalamannya,” ujar Bambang di kediamannya, situ Pedongkelan, Kecamatan Cimanggis, Kelurahan Tugu Depok, Selasa (27/11/2018).

Bambang mengatakan, aroma menyengat dari lumpur tersebut menganggunya. Apalagi jika hujan turun.

“Sangat mengganggu pernapasan ya, orang mah pagi-pagi bisa cium udara segar ya. Ini saya malah cium aroma menyengat dari lumpur yang sudah bercampur dengan sampah, lihat saja itu sampah plastik, bau amis, apalagi pas hujan,” ucap Bambang.

Sementara itu, Sofinal Darwis, Ketua RW 005, mengatakan, pihaknya telah mengadukan masalah ini ke pihak Pemerintah Kota Depok. Namun, kata dia, keluhan warga itu belum direspons.

Ia juga menyampaikan, lumpur dan sampah yang dikeruk dengan dua ekskavator di bagian tepi situ itu dipindahkan ke lahan kosong yang berada di depan permukiman warga.

Dampaknya, tumpukan lumpur bercampur sampah lebih tinggi dibanding permukaan rumah warga sehingga rumah warga seolah tenggelam dalam lumpur.

“Jadi tanah warga digali. Hasil galiannya diuruk ke pinggir situ, bekas lubang galian tersebut diisi lumpur dari situ dengan kedalaman hampir 1,5 meter, entah 2 meter, dan ada yang sampai masuk ke rumah warga ampas-ampasnya,” ujar Sofinal.

Ia khawatir anak-anak terjeblos ke lumur yang masih basah di bagian tengahnya itu.
"Anak-anak itu selalu diomeli kalau main di bagian yang masih basah,” ujar dia.

Sofinal geram akibat ulah pihak yang mengerjakan proyek penataan situ Pedongkelan tersebut.

Pengerjaan proyek ini menggunakan dana bantuan Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp3.560.509.800.

“situ ini kan sudah dangkal dari tahun 2014, terus dia gunakan dua ekskavator yang tidak maksimal. Seharusnya dari tengah digali ke pinggir, malah ini yang digalli di pinggir-pinggir doang, ini mengakibatkan turap yang masih utuh hancur semua sama eksavator,” ujar Sofinal.

Ia juga mengatakan, belum ada koordinasi pihak Pemkot Depok dengan warga mengenai lumpur yang dibuang ke permukiman warga.

Ia hanya tahu ada warga yang diberi uang Rp 500.000 sebagai kompensasi karena lahannya dipakai untuk menampung lumpur.

"Memang itu tanah situ, tetapi kan ada rumah warga yang jadi korban juga di sekitar tanah itu,” ujar Sofinal.

Ia berharap, situ Pedongkelan ini dikembalikan fungsinya, yaitu menjadi sumber irigasi dan sumber resapan air warga.

"Apalagi di sini ada dua pabrik besar. Kalau situ ini sampai kering ya, kita yang ada mati pelan-pelan karena air tanahnya disedot,” ujar Sofinal.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/11/27/20033541/warga-keluhkan-lumpur-hasil-pengerukan-situ-pedongkelan-yang-dibuang-ke

Terkini Lainnya

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke