Sebuah meja kecil dengan papan bertulis "Jasa Perbaikan" berbagai kartu dipasang di depannya. Setiap kali ada orang yang memerhatikan, Udin langsung menawarkan jasanya. Tawaran Udin pun bersambut.
"Bisa perbaiki ini, Pak?" tanya seorang pemuda sambil mengeluarkan sebuah e-KTP dari dompetnya.
Udin menyanggupi. Ia mengamati setiap ujung e-KTP itu. Plastik berisi identitas pemilik KTP tersebut lepas dari blangkonya.
Udin kemudian memotong bagian-bagian ujung plastik yang keriting dengan pisau cutter. Setelah itu, Udin mengolesi seluruh bagian e-KTP dengan minyak kayu putih. Ia lalu membersihkannya dengan lap kecil.
Pekerjaan dilanjutkan dengan mengelem kembali plastik yang sudah dirapikan pada blangkonya.
Udin mengambil plastik khusus yang sudah ia gunting sesuai ukuran KTP, memasang plastik itu pada KTP yang sudah diperbaiki.
"Ini enggak ngerusak, kan cuma nempel (plastik khusus)," ujarnya.
Dalam waktu lebih kurang 13 menit, Udin selesai mereparasi KTP yang rusak itu. Ia mengerjakan rangkaian perbaikan KTP itu dengan sangat teliti.
Udin memasang tarif Rp 20.000 untuk jasa reparasi KTP dan jenis kartu lainnya. Untuk pemasangan plastik khusus (laminating) tanpa jasa perbaikan, Udin mematok harga Rp 10.000.
Berkeliling kantor pemerintahan hingga bazar
Udin menekuni pekerjaannya sebagai tukang reparasi KTP dan jenis kartu lainnya sejak 2014. Ia melihat banyaknya KTP yang rusak sebagai peluang usaha.
Setiap Senin-Jumat, pria yang tinggal di Tangerang itu menawarkan jasanya dengan berkeliling ke kantor-kantor pemerintahan di Jakarta.
"Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertahanan, Lembaga Administrasi Negara, kantor-kantor wali kota, keliling aja," ujar Udin.
Ia biasanya membuka lapak pukul 12.00 sampai 16.00 WIB atau jam pulang kerja pegawai di kantor-kantor pemerintahan. Dari kantor pemerintahan, Udin bergegas menuju Stasiun Tanah Abang pada sore hari.
"Sore pindah ke Tanah Abang. Orang pada pulang (kerja), saya kejar," ucapnya.
Pada hari Minggu, Udin rutin menawarkan jasanya di area hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) di Sudirman-Thamrin.
Ayah dua anak itu juga tak jarang membuka lapak di bazar-bazar yang digelar di Jabodetabek.
"Kalau ada bazar, ikut, biasanya sambil jual barang elektronik, barangnya dari teman. Festival Betawi juga, acara partai apalagi, ramai kan. Acara apa aja (didatangi), kalau ada info," kata Udin.
Selain berkeliling ke berbagai tempat, Udin juga menerima panggilan telepon. Ia tak jarang ditelepon pegawai di kantor-kantor pemerintahan untuk memperbaiki kartu identitas.
"Kan ada nomor telepon, kadang orang pada nelepon, kadang aja juga yang masukin ke grup WhatsApp-nya," kata dia.
Bagi Udin, bekerja sebagai tukang reparasi KTP memiliki waktu lebih fleksibel dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya sebagai karyawan perusahaan.
"Kalau hujan, libur he-he-he," tutur Udin.
Demi dapur tetap mengepul
Udin tak mempermasalahkan jumlah penghasilan yang tak menentu itu. Yang terpenting baginya, dapur di rumah tetap mengepul, meskipun ia harus berkeliling ke berbagai tempat untuk menawarkan jasanya.
"(Penghasilan) enggak tentu. Kalau lagi ramai, lumayan. Kalau sepi, ya sepi. Yang penting dapur tetap ngepul, anak kalau bayar sekolah ada (uangnya), untuk Lebaran ada," kata Udin.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/07/10435751/cerita-udin-tawarkan-jasa-reparasi-ktp-ke-kantor-pemerintah