Hal itu dikatakan Jumhana berdasarkan penelusuran Tim Katak di Kali Bekasi pasca-munculnya busa tersebut.
"Ditelusuri oleh Pasukan Katak, sumber busa itu berasal dari saluran rumah-rumah warga. Kemungkinan dari jasa laundry, terutama di daerah Rawalumbu," kata Jumhana saat dikonfirmasi, Selasa (12/2/2019).
Kendati demikian, Jumhana menambahkan, pihaknya sudah mengambil sampel air Kali Bekasi untuk diuji di laboratorium. Hal itu agar memastikan bahwa busa di air Kali Bekasi tercemar limbah deterjen.
Menurut Jumhana, munculnya busa di Kali Bekasi pada Sabtu lalu tidak disertai dengan perubahan warna air yang hitam seperti kasus sebelum-sebelumnya. Hal itu yang menguatkan bahwa busa itu berasal dari limbah deterjen.
"Meski begitu ini tetap tercemar ya, meski cuma limbah deterjen apalagi kalau ternyata jumlah (pelaku usaha laundry) lebih dari satu. Ini sudah tercemar ringan ya," ujar Jumhana.
Dia menjelaskan, jika hal ini terus berlanjut dan tidak ada pengendalian, maka bukan tidak mungkin air Kali Bekasi bisa cepat rusak dan tercemar berat.
"Situasi sekarang, jumlah penduduk terus meningkat dan usaha laundry ikut bertambah. Ada pula kemungkinan ada warga yang baru membuka usaha jasa laundry skala besar," tutur Jumhana.
Oleh sebab itu, pihak Dinas LH Kota Bekasi menggencarkan pembinaan kepada pelaku usaha agar tidak membuang limbahnya sembarangan dan perlu difilter.
Namun, itu harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Kota Bekasi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/12/19202641/berbusa-lagi-pemkot-sebut-kali-bekasi-tercemar-limbah-deterjen