Setelah menggunakan hak pilihnya di Kampung Akuarium, Rabu (17/4/2019), mereka berharap siapa pun pemimpinnya kelak mau mendukung rakyat kecil, termasuk pembangunan rumah permanen di Kampung Akuarium.
Seperti Soleh (55) seorang warga Kampung Akuarium yang tinggal di Rusun Kapuk Muara. Ia berharap, siapa pun yang terpilih bisa mengutamakan kepentingan rakyat.
"Ya kalau pemimpin saya ingin jangan berkhianatlah dengan rakyat kecil. Tepati janjinya, jangan cuma datang kalau kampanye saja," sebut Soleh.
Soleh berharap nantinya Kampung Akuarium dapat segera dibangun dengan bangunan permanen. Dengan begitu, dia bisa kembali lagi ke tanah kelahirannya itu.
"Saya dulu di sini punya enam bangunan. Digusur semua. Ibarat kata dari lahir sampai punya cucu di sini, jadi ya berharap siapa pun presiden, DPR dan DPRD yang terpilih bisa membantu memulihkan Kampung Akuarium ini," harapnya.
Soleh yang bekerja sebagai sopir truk itu mengatakan, dulu punya 6 bangunan permanen di Kampung Akuarium. Selain kehilangan rumah tinggal pada penggusuran 2016 lalu, Soleh juga kehilangan kakak kandungnya.
"Kakak saya juga meninggal di sini pasca penggusuran. Ya karena pikiran. Dia habis renovasi rumah habis Rp 300 juta, tapi akhirnya digusur," cerita Soleh.
Keinginan untuk kembali ke Kampung Akuarium juga disampaikan pasangan suami istri, Teguh (30) dan Endang (28).
Setelah tergusur, saat ini keduanya tinggal di rumah kontrakan di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Teguh ingin para pemimpin yang terpilih bisa menjalankan janji, dan visi misinya dari hal paling dasar. Hal paling dasar itu adalah memenuhi kebutuhan primer rakyat kecil.
"Jangan muluk-muluk jalani program yang besar. Mulai dari yang kecil dulu, dengan pemenuhan kebutuhan primer rakyat, seperti sandang, pangan, dan papan," kata Teguh.
Terkait dengan kebutuhan primer itu, Teguh menyoroti soal kebutuhan papan atau perumahan. Ia pun berharap bisa pindah lagi ke Kampung Akuarium.
Momen pemilu ini menurut Teguh dijadikan ajang nostalgia dengan para tetangga.
"Momen nostalgia kami dengan tetangga ya pemilu ini. Tadi ketemu banyak orang dan ngobrol. Jadi ingin secepatnya rumah permanen bisa dibuat di sini," ucap Teguh.
Endang, istri Teguh mengatakan, tidak ingin tinggal di rumah kontrakan secara permanen. Sebab dulu dia memiliki bangunan permanen di Kampung Akuarium.
"Rumah kami di paling pojok lokasinya, itu rumah permanen, rumah kami sendiri. Jadi kalau ditanya apakah nyaman di tempat tinggal sekarang, ya bagaimana pun kami lebih nyaman tinggal di rumah sendiri," imbuh Endang.
Diketahui saat ini warga Kampung Akuarium sedang mengajukan desain perkampungan baru ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Warga sudah beberapa kali mengadakan rapat dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) DKI Jakarta untuk membahas pembangunan tersebut.
Koordinator Community Action Plan Dharma Diani menyebut, keinginan warga adalah dibangunnya hunian permanen agar dapat mengembalikan seluruh warga Kampung Akuarium baik yang berada di shelter atau yang berada di kawasan lain.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/04/17/12133981/warga-kampung-akuarium-renovasi-rumah-habis-rp-300-juta-tapi-akhirnya