Massa perusuh memprovokasi petugas dengan melempar sejumlah benda, dari batu, sandal, petasan, hingga bom molotov.
Aparat keamanan mencoba memukul mundur massa dengan menembakkan gas air mata dan suar atau flare.
Hal tersebut dilakukan karena batas waktu aksi unjuk rasa hingga pukul 18.00. Namun, aksi belum selesai setelah batas waktu yang ditetapkan.
Kompas.com merangkum enam fakta yang terjadi saat kerusuhan 22 Mei di Bawaslu:
1. Kapolres Jakpus tenangkan massa
Massa yang memenuhi lokasi aksi mayoritas memakai baju putih sembari membawa bendera.
Sebagian merupakan anak yang masih di bawah umur.
Ketika sedikit melipir ke area gedung Sarinah, tampak massa itu didominasi kelompok ibu dan bapak-bapak.
Mereka beberapa kali melemparkan batu hingga kembang api ke arah polisi ataupun jurnalis yang sedang meliput.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan berulang kali meminta massa tidak melakukan provokasi dan kerusuhan di depan Bawaslu.
Berulang kali pula, Harry meminta warga berhenti melempar batu hingga kembang api ke arah polisi dan jurnalis yang sedang meliput.
Harry mengingatkan, TNI-Polri yang berjaga di lokasi sejak kemarin merupakan bagian dari masyarakat.
"Bantu kami, Polri dan TNI. Kami keluarga besar TNI-Polri juga bagian dari masyarakat. Tolong jangan provokasi kami. Tolong...," ujar Harry saat massa rusuh terus melempar benda-benda ke arah polisi.
2. Prajurit jaga dihadiahi bunga mawar
Peserta aksi unjuk rasa 22 Mei di depan kantor Bawaslu menghadiahi bunga mawar kepada seorang prajurit TNI yang tengah bertugas.
Mulanya, ada seorang peserta aksi yang berteriak ke arah puluhan petugas yang duduk di hadapan mereka di balik pagar kawat berduri.
Pria itu menggenggan sekuntum bunga mawar yang terbungkus plastik.
Sesaat kemudian ada seorang prajurit TNI yang menghampiri pria itu dan menerima bunga tersebut yang rupanya berjumlah dua kuntum.
Suasana pun menjadi riuh dengan tepuk tangan para demonstran. Massa juga menyorakkan kata-kata yang memuji TNI.
"Hidup TNI, hidup TNI!" teriak mereka.
Suasana semakin riuh ketika prajurit TNI memimpin massa memekikkan takbir yang langsung disambut. Selain itu, prajurit TNI itu juga memberikan salam kecup sebagai tanda terima kasih.
3. Massa dan aparat shalat berjamaah
Massa yang berunjuk rasa di depan kantor Bawaslu, tepatnya di perempatan Sarinah, melaksanakan shalat Ashar bahkan Maghrib di kawasan Sarinah.
Pantauan Kompas.com pukul 18.10, seusai berbuka puasa, para demonstran shalat Maghrib beralaskan koran dan kardus di area parkir mobil Sarinah.
Tak sedikit juga aparat kepolisian dan TNI ikut shalat bersama demonstran.
Selain di area parkir Sarinah, demonstran juga terlihat shalat Maghrib di sejumlah titik jalan, seperti Jalan KH Agus Salim dan Jalan Sunda.
Sejumlah demonstran juga terlihat menyantap takjil buka puasa di pinggir jalan dan area parkir Sarinah.
4. Amien Rais, Neno Warisman, dan Fadli Zon ikut aksi
Di tengah-tengah aksi, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon dan Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandiaga, Neno Warisman, mendatangi massa di depan gedung Bawaslu, Rabu malam.
Sementara anggota Dewan Pembina BPN Prabowo-Sandiaga, Amien Rais, mendatangi massa di depan gedung Bawaslu, Rabu siang.
Amien meminta para pengunjuk rasa terus berjuang, tetapi tanpa menggunakan kekerasan.
Mereka juga sempat melakukan orasi singkat untuk mengingatkan massa tak membuat onar dan bertindak anarkistis.
Namun, tak berselang lama mereka kembali ricuh dengan melemparkan batu hinga petasan, bahkan bom molotov ke arah petugas keamanan.
5. Pelemparan bom molotov ke arah aparat
Makin malam suasana pun memanas, massa melemparkan bom molotov ke arah aparat keamanan yang berjaga di depan kantor Bawaslu, Rabu malam.
Setidaknya ada tiga bom molotov yang dilemparkan.
Mereka juga melontarkan kembang api ke arah petugas.
Ada sejumlah titik api di persimpangan Sarinah yang disebabkan ledakan bom molotov dan petasan yang dilempar massa.
Salah satu titik api itu adalah sebuah tenda milik polisi yang berada di sisi timur laut kantor Bawaslu.
6. Pembakaran pos polisi Wahid Hasyim
Setelah mulai terasa ricuh di gedung Bawaslu, massa dipukul mundur dari sekitar Jalan MH Thamrin lalu masuk ke Jalan Wahid Hasyim.
Bukan mereda, massa justru membakar sebuah pos polisi di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Rabu malam. Kondisi pos polisi itu porak-poranda, kaca-kacanya pecah.
Sejumlah fasilitas umum di daerah itu, seperti kursi taman yang terbuat dari besi, juga dirusak massa dengan cara dicopot dan ditempatkan di tengah jalan lalu dibakar.
Barang-barang di dalam pos polisi, seperti lemari besi, kursi, meja, dan AC, juga dikeluarkan oleh massa dan dikumpulkan di tengah jalan lalu dibakar.
Massa juga terlihat membakar ban dan kayu di tengah jalan sehingga menimbulkan api yang sangat besar. Sejumlah CCTV jalan juga dihancurkan massa.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/05/23/08542091/6-fakta-aksi-22-mei-di-bawaslu-kapolres-tenangkan-massa-hingga-pos-polisi