Salin Artikel

Cerita Evi tentang Detik-detik Anaknya Ditangkap sebagai Perusuh 22 Mei

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu orangtua dari 10 anak yang ditangkap saat kerusuhan 22-23 Mei 2019 di Jakarta, Evi Hasaina, menceritakan detik-detik bagaimana anaknya ditangkap oleh pihak kepolisian saat itu.

Evi bercerita, awalnya pada 22 Mei 2019 anaknya yang berinisial F bersiap-siap mengenakan baju koko untuk ikut aksi di Bawaslu.

Dari pengakuan F kepada Evi, saat itu ia diajak oleh teman-temannya untuk mengikuti aksi tersebut.

Evi mengaku sempat melarang anaknya itu untuk ikut aksi itu.

"Kalau minta izin sih enggak. Cuma ketika dia sudah rapi, saya tanya mau ke mana. Dia bilang mau ke Bawaslu. Saya tanya mau ngapain, terus dijawab 'Ya ikutlah, ikut-ikutan aja'. Saya bilang tidak usah, bahaya! Nanti kalau ada apa-apa orangtua yang repot. Ternyata ketika saya sudah masuk kamar, anak itu sudah keluar," ujar Evi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (5/8/2019).

Setelah anaknya pergi ke Bawaslu, ia pun mulai gelisah karena F malam itu tidak pulang ke rumah.

Kemudian, ia pun mencoba menanyakan kepada teman-teman terdekat F keberadaan anaknya saat itu.

"Pukul 11.00 WIB saya berusaha nyari-nyari juga ternyata enggak ada," katanya.

Karena tidak mengetahui juga keberadaan F dari teman-temannya, ibu empat anak ini pun langsung keliling ke rumah sakit.

Ia khawatir anaknya menjadi korban di kala kerusuhan 22 Mei, seperti banyak yang disiarkan di media-media mainstream.

Namun, sayangnya anaknya itu pun belum juga ditemukan. Lalu Evi tak berhenti di situ, ia berusaha menacari anaknya ke Polsek Metro Sarinah.

Setibanya di polsek, pihak kepolisian yang bertugas saat itu memberi arahan untuk langsung ke Polda Metro Jaya.

Namun, sayangnya ketika ia mendatangi Polda ke bagian Kriminal Umum dan Narkotika, anak pertamanya itu belum juga ditemukan.

"Saya panik, langsung saya ke Polres Jakarta Barat saat itu, katanya nama-nama pelaku belum bisa dirilis," katanya.

Namun, selang beberapa menit ia mendapat telepon dari Polda Metro Jaya yang memberi tahu bahwa anaknya itu berada di sana.

"Saya sudah bilang, tadi saya sudah ke Polda terus dikasih tahu anaknya ada di Resmob. Akhirnya saya balik lagi ke Resmob dan saat itu alhamdulilah saya ketemu dengan anak saya, langsung saya peluk," katanya sambil menunduk.

Evi kaget dan haru melihat keadaan anaknya kala itu layaknya seorang tahanan dengan sejumlah luka di tubuhnya.

Evi tak berhenti menangis. Ia tidak menyangka anaknya berada di barisan perusuh 22 Mei kala itu.

Setelah itu pun ia meminta anaknya bercerita menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi. Menurut pengakuan anaknya, F kala itu sedang duduk di pinggiran hotel dekat Bawaslu.

"Karena dia merasa gas air matanya mengganggu akhirnya dia duduk di pinggir hotel itu dan pas saat duduk itulah kemudian dia diciduk," ucap Evi.

Evi mengatakan, sebelum dibawa ke Polda anaknya itu sempat dibawa ke dalam Bawaslu.

Menurut pengakuan F, ia dipukuli dan dikeroyok aparat saat itu hingga terdapat luka bekas pecutan di punggung.

"Bahkan beberapa hari tak bisa jalan kakinya tidak bisa ditekuk. Iya ditonjok sama aparat dipaksa buat ngaku padahal enggak," ucapnya.

Ibu sekaligus guru Al Quran di salah satu SMK swasta di Tanah Abang mengaku, saat itu F bercerita sambil nangis.

"Iya sambil nangis pastilah malah harusnya besoknya dia PKL (praktik kerja lapangan) tapi alhamdililah pihak sekolah maklumin," katanya.

Namun, keputusan hakim atas diversi anaknya hari ini membuat Evi sangat gembira.

Sebab ia bisa berkumpul lagi dengan anaknya yang lengkap.

"Saya senang banget, saya gembira sekali anak itu telah kembali ke sekolah dan pastinya selama ini dia merasa kangen sekali dengan teman-temannya," ucapnya.

Ia mengatakan, tak akan menuntut pihak kepolisian meski anaknya diperlakukan tidak baik.

Dari peristiwa ini, ia berharap anaknya dapat belajar lebih baik lagi.

"Tidak, insya Allah (tidak menunut pihak kepolisian) biar saja itu menjadi pelajaran buat dia (anaknya) agar tidak lagi terulang. Udah itu aja," tuturnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/05/22184501/cerita-evi-tentang-detik-detik-anaknya-ditangkap-sebagai-perusuh-22-mei

Terkini Lainnya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke