Salin Artikel

Ketika Indonesia Dijadikan Pelarian Para WN China untuk Menipu...

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia yang seharusnya dijadikan tujuan wisata warga negara asing, tetapi malah disalahgunakan menjadi tempat penipuan melalui sambungan telepon (telecom fraud).

Penipuan tersebut dilakukan oleh 85 warga negara China di tujuh lokasi yang tersebar di Jakarta hingga Jawa Timur.

Dalam konferensi pers yang digelar di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, pada Selasa (26/11/2019), Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono mengatakan, pengungkapan kasus penipuan itu berawal dari informasi polisi China.

Tim gabungan Ditreskrimsus dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya mengintai keberadaan para tersangka selama dua pekan.

Hingga pada Senin (25/11/2019), polisi menggerebek para tersangka penipuan di tujuh lokasi, yakni Griya Loka, BSD, Mega Kebon Jeruk, Kemanggisan, Pantai Indah Kapuk, Perum Intercon, Bandengan Tambora, dan Malang, Jawa Timur.

Pura-pura jadi polisi hingga pegawai bank

Polisi mengamankan 91 orang dari kegiatan penggerebekan itu. Sebanyak 85 orang warga negara China telah ditetapkan sebagai tersangka.

Sementara itu, 6 orang lainnya berstatus warga negara Indonesia (WNI) hanya berstatus saksi.

"Dari 91 orang (yang diamankan), 85 orang merupakan warga negara China, 11 di antaranya merupakan wanita," kata Gatot, Selasa.

Sebanyak 6 WNI hanya dijadikan saksi karena belum terbukti terlibat dalam penipuan online itu.

Keenam saksi itu hanya membantu para WNA China selama beraktivitas di Indonesia.

"Dari warga negara kita, ada 6 orang, mereka tidak terlibat secara langsung. Mereka membantu bawa jalan-jalan, bepergian, membantu keperluan makan, dan membersihkan rumah-rumah (yang disewa WNA China). Enggak ada keterlibatan langsung," ungkap Gatot.

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, para warga negara China itu mengunjungi Indonesia menggunakan visa wisata.

Mereka akan kembali ke negara China setiap tiga bulan untuk memperbarui visanya.

Mereka menipu korban, yang juga merupakan warga negara China, dengan menyamar sebagai polisi, jaksa, atau pegawai bank.

Mereka menjanjikan bantuan untuk mengurus permasalahan pajak atau investasi sejumlah uang.

Dalam melakukan aksinya, mereka meminta korban mengirimkan sejumlah uang terlebih dahulu ke rekening tersangka yang tinggal di China.

Saat menelepon korbannya, mereka menggunakan telepon dalam sebuah kotak agar kedap suara.

Gatot mengatakan, tercatat kerugian akibat penipuan itu mencapai Rp 36 miliar.

"Korbannya semua di China, tidak ada di Indonesia. Transaksinya (dari korban kepada tersangka) bervariasi, ada yang kecil, ada yang besar. Total kerugiannya mencapai Rp 36 miliar," ungkap Gatot.


Alasan memilih Indonesia

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menjelaskan, para tersangka memilih Indonesia sebagai tempat untuk melancarkan aksi penipuan itu karena menghindari pengejaran para polisi China.

Selanjutnya, Polda Metro Jaya bekerja sama dengan polisi China mengungkap kasus penipuan itu menggunakan alamat internet protokol (IP address).

"(Para tersangka) sudah punya jaringan di sana (China). Kami menggunakan alat yang bisa melacak mereka, menggunakan IP. Kenapa mereka berbuat di sini (Indonesia) karena untuk menjauhi, di sana (China) mereka sudah dikejar (oleh polisi China)," ungkap Yusri.

Selain itu, lanjut Yusri, para tersangka juga menilai jaringan internet di Indonesia mudah diakses dan menghindari kecurigaan polisi.

"Kulit (orang) Indonesia dan mereka (WNA China) sama, banyak keturunan China di sini. Makanya mereka enggak terlalu mudah dicurigai oleh warga-warga di sini. Indonesia ini jaringannya paling gampang, jaringan internet di sini paling mudah," kata Yusri.

Selanjutnya, Polda Metro Jaya akan berkoordinasi dengan kepolisian China guna proses penyidikan dan hukuman bagi para tersangka.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/27/08005721/ketika-indonesia-dijadikan-pelarian-para-wn-china-untuk-menipu

Terkini Lainnya

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Megapolitan
4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

Megapolitan
KPU DKI Bakal 'Jemput Bola' untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

KPU DKI Bakal "Jemput Bola" untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

Megapolitan
Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Megapolitan
Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Megapolitan
Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Megapolitan
74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke