Salin Artikel

Tarif LRT Jakarta Rp 5.000, Tanpa Subsidi Rp 41.000

Namun, Pemprov DKI Jakarta memberikan subsidi sehingga tarif yang dibebankan kepada penumpang hanya Rp 5.000 untuk satu kali perjalanan.

"Subsidi sekitar Rp 30.000-an," ujar Direktur Utama PT LRT Jakarta Wijanarko di Stasiun LRT Velodrome, Jakarta Timur, Minggu (1/12/2019).

Wijanarko berujar, pembayaran tarif LRT Jakarta bisa menggunakan kartu uang elektronik dari lima bank, Bank DKI, Bank Mandiri, BCA, BNI, dan BRI.

Pembayaran juga bisa menggunakan kartu single journey trip LRT Jakarta.

Khusus untuk kartu single journey trip, penumpang harus membayar biaya deposit kartu sebesar Rp 15.000.

Uang itu akan dikembalikan setelah penumpang keluar dari area peron kereta.

Pengembalian deposit bisa dilakukan via loket atau vending machine di stasiun tujuan. Batas waktu pengembalian deposit, yakni tujuh hari sejak penumpang tap out di stasiun.

"Tarifnya flat Rp 5.000 untuk seluruh stasiun," kata Wijanarko.

Subsidi untuk tarif LRT Jakarta pernah dibahas bersama DPRD DKI Jakarta pada Maret 2019.

Saat itu, Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta M Abas menjelaskan, tarif keekonomian untuk LRT Jakarta, yakni Rp 41.655.

Namun, Pemprov DKI mengusulkan tarif yang dibebankan kepada penumpang sebesar Rp 6.000. Oleh karena itu, Pemprov DKI harus menggelontorkan subsidi dari APBD.

Saat itu, Pemprov DKI mengusulkan subsidi per penumpang LRT Jakarta sebesar Rp 35.655 dengan estimasi jumlah penumpang 14.255 per hari.

Dengan demikian, jumlah subsidi yang dibutuhkan, yakni Rp 327 miliar untuk LRT pada 2019. Pada akhirnya, tarif yang dibebankan kepada penumpang LRT Jakarta disetujui Rp 5.000.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/12/01/09110691/tarif-lrt-jakarta-rp-5000-tanpa-subsidi-rp-41000

Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke